Kritikan Pedas Sony Dwi Kuncoro Soal Sistem Degradasi yang Diterapkan PBSI
Mantan pebulu tangkis Indonesia, Sony Dwi Kuncoro melayangkan kritikan pedas terhadap sistem degradasi yang diterapkan PBSI.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Mantan pebulu tangkis Indonesia, Sony Dwi Kuncoro melayangkan kritikan pedas terhadap sistem degradasi yang diterapkan PBSI.
Mantan pebulu tangkis yang pernah bermain nomor tunggal putra tersebut mengaku cukup kecewa dengan perlakuan PBSI ketika dirinya keluar dari pelatnas.
Hal ini dikarenakan Sony Dwi Kuncoro merasa kurang dihargai oleh PBSI ketika ia memutuskan keluar pelatnas pada tahun 2014.
Sony Dwi Kuncoro menganggap dirinya seharusnya diperlakukan dengan cara yang lebih baik daripada yang ia terima saat keluar dari tim nasional.
Mengingat dirinya sudah berjuang meniti karir selama 13 tahun di tim pelatnas.
Apalagi saat itu, Sony Dwi Kuncoro masih menempati ranking 15 dunia.
Baca: Pesan Tontowi Ahmad Bagi Calon Suksesornya, Berbicara Maindset Seorang Juara
Baca: Menpora: Apapun Alasan Tontowi Ahmad untuk Pensiun, Kita Harus Hormati
Tak ayal, mantan pebulu tangkis kelahiran Surabaya tersebut berpendapat ada kejanggalan dalam sistem degradasi yang diberlakukan PBSI.
"Hampir setiap atlet yang keluar dari PBSI akan merasakan kejanggalan dalam proses degradasi," ungkap Sony Dwi Kuncoro melalui instagram pribadinya, @sonydwikuncoro.
"Bagaimana tidak? pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui koran, beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus" herannya.
Lebih lanjut, Sony Dwi Kuncoro bercerita tentang usahanya untuk mendapatkan surat keluar dari pelatnas.
Hingga pada akhirnya ia mendapatkan surat tersebut.
Hanya saja, pria yang kini berusia 35 tahun itu mendapatkan surat tersebut dari karyawan bukan pengurus.
Atas berbagai hal yang kurang elok tersebut.
Baca: Tontowi Ahmad Gantung Raket, Kesempatan Emas Praveen Jordan Teruskan Perjuangan Sang Legenda
Sony Dwi Kuncoro secara terbuka berharap pihak federasi bulu tangkis Indonesia yang kini dipimpin Wiranto tersebut bisa lebih menghargai atletnya.