Momen Bersejarah Piala Thomas 1998, Indra Wijaya: Dilepas dan Disambut dengan Presiden yang Berbeda
Keberhasilan tim Indonesia mendulang gelar juara Piala Thomas 1998 bisa dikatakan momen paling mengharukan dalam sejarah, bagaimana ceritanya ?
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Keberhasilan tim Indonesia mendulang gelar juara Piala Thomas 1998 dapat dikatakan menjadi momen paling mengharukan dalam sejarah.
Bagaimana tidak, kontingen tim bulu tangkis Indonesia harus bisa fokus untuk bisa mempertahankan gelar juara Piala Thomas.
Di sisi lain, pikiran mereka bisa jadi terganggu dengan situasi panas yang kala itu terjadi di tanah air.
Baca: Mengulas Sosok Indra Wijaya, sang Pelatih Tunggal Putri Malaysia yang Berasal dari Indonesia
Pada momen itu, kaum mahasiswa memprotes berbagai kebijakan pemerintah dan menuntut Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Tak sedikit peristiwa kerusuhan harus terjadi di dalam negeri ketika tim Piala Thomas 1998 sedang berjuang di Bosnia.
Beruntung, tim Indonesia saat itu berhasil menuntaskan perjuangannya dengan menyegel gelar juara Piala Thomas 1998.
Indra Wijaya yang menjadi bagian tim Indonesia dalam mendulang gelar juara Piala Thomas 22 tahun silam pun angkat bicara.
"Ya saya rasa Piala Thomas 1998 itu dapat dibilang spesial buat tim Indonesia," ungkap Indra Wijaya dalam sebuah wawancara Zoom dengan Tribunnews, Rabu (3/6/2020) malam.
"Ya saat itu kondisi negara kita utamanya di Jakarta, keluarga disana membuat kita merasa panik dalam artian begitu hebat kejadian di tahun 1998," kenangnya.
"Tapi balik lagi, semua tim berdoa yang terbaik namun kita juga memiliki ambisi besar untuk menjadi juara Piala Thomas, tapi ya bersyukur kita tim bisa kompak dan semangat untuk membawa gelar juara ke Indonesia," tambahnya.
Indra Wijaya menambahkan keberhasilan tim Indonesia membawa pulang gelar juara Piala Thomas 1998 bak menjadi oase segar bagi seluruh masyarakat di tanah air.
Pria yang kini didapuk sebagai pelatih tunggal putri Malaysia tersebut menjelaskan ada satu hal yang akhirnya membuat ia dan rekan setimnya merasa bangga.
Satu hal tersebut adalah ketika bisa melihat bendera merah putih berkibar paling tinggi dalam perhelatan Piala Thomas 1998.
"Momen saat itu menurut saya memang sangat emosional menurut saya," jujurnya.
Baca: Dipercaya Latih Tunggal Putri Malaysia, Indra Wijaya Ungkap Tantangan Barunya
Baca: Indra Wijaya Bocorkan Sosok Panutannya, Berasal dari Indonesia Serta Tokoh Kunci Kesuksesan Lin Dan
"Saya rasa momen tersebut juga bersejarah karena tim dilepas oleh satu presiden lalu disambut dengan presiden yang berbeda," kenang Indra Wijaya.
"Jadi itu pengalaman yang sangat luar biasa, semoga yang seperti itu jangan sampai terjadi lagi dalam kedepannya," tutupnya.
Indra Wijaya saat ini tengah menikmati karir sebagai seorang pelatih tunggal putri Malaysia tertanggal 1 Juni 2020.
Nama-nama seperti Kisona Selvaduray, Goh Jin Wei, hingga Sonnia Cheah akan menjadi anak didik baru seorang Indra Wijaya saat ini.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)