Ulasan Sejarah Olimpiade, Indonesia Masih Tanpa Medali Emas di Sektor Ganda Putri
Tahun 1992 menjadi awal sejarah penting dimana ajang bulu tangkis secara resmi masuk dalam cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Tahun 1992 menjadi awal sejarah penting dimana ajang bulu tangkis secara resmi masuk dalam cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade.
Masuknya cabang olahraga bulu tangkis dalam perhelatan Olimpiade tentu membawa angin segar tersendiri bagi Indonesia.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara kuat yang mampu menorehkan prestasi di dunia tepok bulu.
Baca: Deretan sang Jawara Olimpiade Sektor Ganda Putra, Tim Merah Putih Tempatkan Tiga Wakil
Baca: Indra Wijaya Bongkar Alasannya Putuskan Keluar dari Tim Badminton Korea Selatan
Nama-nama seperti Alan Budikusuma, Susi Susanti, Taufik Hidayat, Markis Kido, hingga Candra Wijaya menjadi deretan mantan atlet badminton yang pernah menyumbang medali emas bagi Indonesia dalam ajang Olimpiade.
Dari lima sektor yang dipertandingkan, ternyata masih ada satu nomor dimana kontingen Indonesia belum pernah mendulang medali emas sampai dengan saat ini.
Sektor ganda putri masih menjadi satu-satunya nomor yang belum pernah dimenangkan oleh Indonesia dalam perhelatan Olimpiade sejak 1992.
Dilansir Badminton News Flash, sektor ganda putri masih menjadi dominasi para pebulu tangkis asal China.
China tercatat mampu mendulang lima medali emas dalam perhelatan bulu tangkis Olimpiade melalui sektor ganda putri.
Sementara, Korea Selatan dan Jepang menjadi dua negara yang masing-masing baru meraih satu medali emas di sektor ganda putri.
Wakil Korea Selatan, Hwang Hye-young/Chung So-young menjadi pemenang medali emas pertama Olimpiade di nomor ganda putri.
Keduanya mampu menaiki podium tertinggi tatkala bermain dalam perhelatan Olimpiade Barcelona 1992.
Baca: Berkolaborasi Selama 8 Tahun, Liliyana Natsir Akui Pernah Ada Ketegangan dengan Tontowi Ahmad
Empat tahun berselang, kontingen asal China mulai menunjukkan taringnya.
Dimana, pasangan Ge Fei/Gu Jun menjadi pembuka keran gelar China di sektor ganda putri.
Pasangan Ge Fei/Gu Jun mampu meraih medali emas sektor ganda putri dalam perhelatan Olimpiade Atalanta 1996.
Sejak saat itulah, China berhasil mendulang medali emas dalam empat perhelatan Olimpiade berikutnya secara beruntun.
Pasangan Ge Fei/Gu Jun tercatat berhasil mempertahankan medali emas ketika berlaga dalam ajang Olimpiade Sydney 2000.
Empat tahun berikutnya, pasangan China lainnya yakni Yang Wei/Zhang Jiewen mampu membawa medali emas dalam ajang Olimpiade Athena 2004.
Olimpiade Beijing 2008 menjadi berkah tersendiri bagi Du Jing/Yu Yang yang mampu mempersembahkan medali emas di depan publinya sendiri.
Puncak keemasan sektor ganda putri China akhirnya ditutup oleh pasangan Tian Qing.Zhao Yunlei.
Keduanya mampu membuat China meraih medali emas secara lima kali beruntun, tepat dalam Olimpiade London 2012.
Baca: Mengenal Indah Cahya, Sosok Penerus Lilyana Natsir, Calon Bintang Masa Depan Indonesia
Baca: Mengulas Sosok Indra Wijaya, sang Pelatih Tunggal Putri Malaysia yang Berasal dari Indonesia
Akhirnya rentetan dominasi China harus terhenti dalam ajang Olimpiade Rio De Janeiro 2016.
Pasangan asal Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi secara mengejutkan menisbatkan diri sebagai peraih medali emas dalam ajang Olimpiade Brasil.
Tentu dari catatan sejarah tersebut, sektor ganda putri ternyata menjadi satu-satunya sektor dimana Indonesia belum bisa mendulang emas.
Padahal, Indonesia tercatat sudah mampu mendulang medali emas setidaknya satu kali di sektor lainnya.
Misalnya, Alan Budikusuma dan Taufik Hidayat yang mampu membawa Indonesia meraih medali emas di sektor tunggal putra.
Begitu pula dengan Susy Susanti yang pernah menjadi jawara di sektor tunggal putri dalam ajang Olimpiade 1992.
Sementara, sektor ganda putra menjadi lumbung medali emas bagi tim Indonesia.
Tercatat ada tiga pasangan ganda putra Indonesia yang telah mampu meraih medali emas.
Ketiga pasangan tersebut antara lain Ricky Subagya/Rexy Mainaky (1996), Tony Gunawan/Candra Wijaya (2000), dan Markis Kido/Hendra Setiawan (2008).
Nama Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad menjadi dua nama terakhir yang mampu menyumbangkan medali emas di sektor ganda campuran.
Baca: Viktor Axelsen Terpesona dengan Sepak Terjang Lee Chong Wei
Baca: Pujian Setinggi Langit Trio Denmark Singgung Kualitas Hebat Seorang Kento Momota
Keduanya mampu meraih medali emas setelah mengalahkan pasangan asal Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di final Olimpiade Rio 2016 lalu.
Hal itulah yang membuat beban berat bagi sektor ganda putri untuk memecahkan telur bisa mendulang medali emas Olimpiade.
Harapan tersebut kini berada dalam beban pundak pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Pasangan yang menjadi jawara Indonesia Masters 2020 tersebut memang baru saja dipastikan lolos ke Olimpiade Tokyo tahun depan.
Kepastian tersebut didapatkan setelah perolehan poin keduanya dalam Road to Tokyo sudah aman.
Tentu bukan perkara mudah bagi pasangan Greysia/Apriyani untuk bisa menorehkan prestasi terbaik dalam ajang Olimpiade tahun depan.
Mengingat sektor ganda putri dunia saat ini masih dikuasai oleh negara Jepang dan China.
Bahkan, Jepang yang akan menjadi tuan rumah memiliki tiga pasangan ganda putri andalan guna merebut medali emas.
Baca: Pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu Resmi Segel Tiket Lolos Olimpiade Tokyo
Ketiga pasangan ganda putri asal Jepang tersebut antara lain Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
Sementara, China memiliki dua ganda putri andalan yakni Chen Qingchen/Jia Yifan dan Du Yue/Li Yin Hui.
Menarik untuk melihat bagaimana wakil ganda putri Indonesia dalam perjuangannya untuk bisa menorehkan prestasi terbaik dalam ajang Olimpiade Tokyo tahun depan.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)