Cerita Fisioterapis Timnas U-19 Bergelut di Jasa Penanganan Cedera Olahraga
Sudah banyak atlet profesional yang pernah ditanganinya seperti pesepakbola Evan Dimas, Andik Vermansyah, Otavio Dutra
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Asep Azis bagi kalangan atlet Indonesia bahkan sampai sejumlah publik figure yang gemar berolahraga bukan lah sosok asing.
Pria kelahiran Kota Banjar, Jawa Barat ini dikenal sebagai salah satu Sport Physiotherapist terbaik di Indonesia, yang kini serius menggeluti bisnis rehabilitasi penanganan cedera olahraga.
Saat ini Asep juga terpilih sebagai fisioterapis olahraga di timnas sepakbola U-19.
Sudah banyak atlet profesional yang pernah ditanganinya seperti pesepakbola Evan Dimas, Andik Vermansyah, Otavio Dutra, petenis Christopher Rungkat, pebalap Formula 2 Sean Gelael, bahkan para sport enthusiast seperti Dian Sastrowardoyo, Luna Maya, Bunga Citra Lestari, Ariel Noah pernah merasakan sentuhan tangan dingin Asep sebagai fisioterapis mereka.
Baca juga: Ini Penyebab Fisioterapis Klub Indonesia Jarang Buka Praktik Sendiri di Luar
“Awal saya mendirikan Sport Physiotherapy, karena saya sangat suka olahraga ditambah background pendidikan kuliah. Saat itu saya melihat banyak orang yang masih bingung bagaimana memulihkan cedera dan salah penanganan, sehingga banyak yang berkonsultasi ke saya baik secara langsung maupun di media sosial,” kata pria lulusan fisioterapi di Universitas Esa Unggul Jakarta ini, Senin (7/12/2020).
Setelah lulus ia langsung terjun mempraktikkan ilmunya, sekaligus sebagai fisioterapis pertama yang bergabung bersama klub basket profesional CLS Knights Surabaya.
“Tahun 2012 saya mendirikan Physiopreneur Sport Physiotherapy, namun baru dikelolanya secara profesional di bawah bendera Indo Sehat Fisioterapi di Jakarta pada tahun 2016,” tukasnya.
Baca juga: Fisioterapis David Beckham dan Van Persie Bantu Pemulihan Cedera Bagus Kahfi
Asep mengaku setelah itu ia mulai memberikan manfaat lebih banyak kepada orang lain.
Dalam menjalankan bisnisnya ia tidak hanya berkutat pada konsep pelayanan fisioterapi cedera olahraga seperti penanganan cedera saja, tetapi juga pencegahan cedera (pengurangan risiko cedera) serta layanan recovery dan peningkatan performance berolahraga.
Itu lantaran jenis cedera kini semakin beragam seperti ankle sprain, knee ligament injury (ACL, MCL, PCL,LCL) , cedera meniscus lutut baik operasi maupun tanpa operasi.
Selain cedera olahraga, physiopreneur pun menangani beberapa keluhan yang berkaitan dengan lifestyle dan daily working seperti frozen shoulder, lower back pain, tension headache serta berkaitan dengan usia seperti knee osteoarthritis (pengapuran lutut).
Di Tahun 2020 ini, ia membuka layanan sport science dan, body performance yaitu KINETICX di Surabaya dimana layanan utamanya adalah edukasi kepada pasien mengenai pengukuran dari gerakan, kekuatan otot, power dan lain lain secara objektif dibantu dengan teknologi, sehingga datanya bisa digunakan untuk program rehabilitasi maupun program improvement performance.
“Kualitas fisioterapis di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan fisioterapis di luar negeri, hanya perlu meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi yang baik sehingga pasien menjadi lebih termotivasi juga untuk segera pulih dari cederanya. Sehingga orang Indonesia bisa mendapatkan kualitas pelayanan yang standarnya diterima oleh internasional dan diakui keprofesionalannya,” katanya.
“Kami didukung dengan tenaga medis yang berkualitas dan lulusan kuliah fisioterapis di Indonesia dengan jenjang pendidikan D3 sampai dengan S1. Sedangkan untuk biayanya bervariasi dikisaran 350-500 ribu. Harapan saya kedepan, melalui Physiopreneur Sport Physiotherapy ini bisa memfasilitasi staff fisioterapis untuk mengejar mimpinya menjadi fisioterapis olahraga di team olahraga professional misal PERSIB Bandung, Persebaya, Borneo FC, Bhayangkara FC, PS TNI, maupun timnas seperti di Timnas Futsal, Basket, Sepakbola,” ujarnya lagi.