Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Sejarah All England dan Puluhan Gelar yang Dikoleksi Tim Bulutangkis Indonesia

Menilik dari sejarah turnamen, Indonesia kerap menorehkan tinta emas dalam penyelenggaraan turnamen bulutangkis bergengsi tersebut.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Sejarah All England dan Puluhan Gelar yang Dikoleksi Tim Bulutangkis Indonesia
Dok. YouTube AllEnglandBadminton
Logo All England 2016. 

TRIBUNNEWS.COM - Sebagai sebuah turnamen bulutangkis, All England Open punya makna dari arti prestisius bagi Indonesia.

Menilik dari sejarah turnamen, Indonesia kerap menorehkan tinta emas dalam penyelenggaraan turnamen bulutangkis bergengsi tersebut.

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Ada Konspirasi? Ini 3 Kejanggalan yang Terjadi

Tak heran, Indonesia dan berbagai negara lainnya sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan jelang turnamen bulu tangkis bergengsi, All England.

All England Open Badminton Championship atau akrab dikenal All England merupakan turnamen paling bergengsi di dunia bulu tangkis.

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Menpora: Jika Diam Saja, Kita Dianggap Lemah

Bukan hanya masuk dalam kategori BWF Super 1000, tetapi juga sejarah All England itu sendiri.

Ajang tersebut merupakan turnamen paling tua di dunia olahraga.

Melansir laman resmi All England, turnamen tersebut kali pertama dihelat di Guildford pada tahun 1898 yang kemudian beranjut pada 4 April 1899.

Baca juga: Beda Kasus Tim Indonesia dan 3 Negara Lain yang Dapat Izin Tanding di All England 2021, BWF Pasrah

Berita Rekomendasi

Kala itu, nomor perlombaan baru ada tiga kategori, yakni ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.

Sementara sektor tunggal putra dan tunggal putri baru diikutsertakan pada 1900.

Pada dua penyelenggaraan pertamanya, All England bernama "Badminton Association Tournament". 

Baca juga: Kronologi Tim Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Keraguan BWF soal Hasil Tes COVID-19

Kemudian usai penyelenggaraan Piala Thomas pertama pada tahun 1949 sampai dengan tahun 1977 dimana Federasi Bulutangkis Internasional meluncurkan kejuaraan resmi pertamanya.

Sementara All England dianggap sebagai Kejuaraan Dunia Bulutangkis saat itu.

Selama sejarah penyelenggaraannya, All England sempat terhenti dua kali diselenggarakan dikarenakan Perang Dunia I (1915 - 1919) dan Perang Dunia II (1940 -1946).

Sejak tahun 1984, All England resmi mengikat sponsor eksklusif dengan raksasa perlengkapan bulu tangkis, Yonex.

Baca juga: Tunggal Putri Turki yang Satu Pesawat Tim Bulutangkis Indonesia Tetap Bisa Main di All England 2021

Tak heran jika hingga saat ini nama Yonex selalu tersemat bahkan ada dalam logo All England.

Melihat sejarah tersebut, All England tentu begitu prestisius karena tak banyak yang bisa bertanding di kategori Super 1000 sekaligus tertua di dunia.

Di sisi lain, nama-nama pebulu tangkis Indonesia juga akrab dengan prestasi di All England.

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Shame on You-All England Jadi Trending Topic

Setidaknya ada pebulu tangkis yang "merajai" All England pada masanya, yakni:

Rudy Hartono - 8 gelar (1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1976)

Tjun Tjun/Johan Wahjudi - 6 gelar (1974, 1975, 1977, 1978, 1979, 1980)

Susy Susanti - 4 gelar (1990, 1991, 1993, 1994)

Liem Swie King - 3 gelar (1978, 1979, 1981)

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir - 3 gelar (2012, 2013, 2014)

Baca juga: Protes Keras Marcus Gideon, Singgung 7 Kasus Positif Covid Berubah Jadi Negatif di All England 2021

Adapun Indonesia sejak 1979 hingga 2020 mengoleksi 46 gelar, yang terdiri dari 14 tunggal putra, 4 tunggal putri, 20 ganda putra, 2 ganda putri, dan 6 gelar di sektor ganda campuran.

Masih melansir laman resmi All England, sejarah lain turnamen ini adalah hanya digelar di delapan tempat, meliputi:

1899 - 1901 HQ London Scottish Regiment Drill Hall, Buckingham Gate

1902 - Crystal Palace, Sydenham, Kent

1903 - 1909 London Rifle Brigades City Headquarters, Bunhill Hill, London

1910 - 1939 The Royal Horticultural Hall, Vincent Square, London

1947 - 1949 Haringay Arena, London

1950 - 1956 Empress Hall, Earls Court, London

1957 - 1993 Wembley Arena, London

1994 - sekarang Barclaycard Arena (sebelumnya bernama National Indoor Arena), Birmingham

Akan tetapi, tahun ini Indonesia tak bisa menyumbang satu gelar pun.

Alasannya karena dipaksa mundur setelah mendapat email dari pemerintah Inggris, Kamis (18/3/2021) pagi WIB.

Email tersebut berisikan informasi bahwa ada penumpang Turkish Airlines dari Istanbul ke Birmingham yang terpapar Covid-19 dan satu rombongan dengan tim Indonesia.

BERITA TERKAIT ALL ENGLAND 2021

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah All England Open, Mengapa Begitu Prestisius bagi Indonesia?"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas