Eng Hian: Perubahan 5x11 Poin Tentu Ini Sesuatu yang Baru Tak Masalah Untuk Ganda Putri
Eng Hian turut memberikan respon atas rencana PBSI yang mengajukan perubahan format poin dari 3x21 menjadi 11x5
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian turut memberikan respon atas rencana PBSI yang mengajukan perubahan format poin dari 3x21 menjadi 11x5.
Menurut Eng Hian, format 11x5 merupakan hal yang baru. Akan tetapi hal itu tak ada masalah jika sebelumnya format tersebut masif diadakan agar para pemain terbiasa.
“Perubahan 5x11 poin, tentu ini sesuatu yang baru. tak ada masalah sih untuk ganda putri. tentu semua perubahan perlu adaptasi, tapi menurut saya pemain ganda tak masalah yang jadi masalah jika diubah 60x5. Itu akan jadi masalah,” kata Eng Hian, Rabu (7/4/2021).
“Jadi kalau menurut pendapat saya pribadi. Semakin pendek (perolehan poin) semakin bagus untuk pemain Indonesia,” sambungnya.
Pria yang akrab disapa Koh Didi itu menilai anak asuhnya khususnya ganda putri bakal cepat beradaptasi lantaran perubahan format 11x5 justru tak butuh banyak stamina.
Terlebih menurutnya para pemain Indonesia punya daya tahan tubuh yang tidak begitu tinggi sehingga sangat tepat jika menggunakan format 11x5.
“Kalau kita bicara ganda putri, itu pemain-pemain Indonesia punya skil dari pemain-pemain negara lain. Jadi kalau semakin pendek itu tak perlu banyak butuh ketahanan,” kata Eng Hian.
“Pada dasarnya pemain kita dari sisi ketahanan agak lemah. Jadi semakin pendek saya pikir semakin bagus. Ada keuntungan lebih untuk pemain kita sepertinya,” pungkasnya.
Sebelumnya, PP PBSI bersama Federasi Bulutangkis Maladewa, resmi mengajukan usulan perubahan sistem skor pertandingan bulutangkis kepada Federasi Bulutangkis Dunia (BWF). Dari format 3X21 menjadi 5X11.
Sebenarnya, wacana perubahan sistem skor ini sudah terlebih dahulu digulirkan BWF saat Rapat Umum Tahunan tahun 2018. Tetapi saat itu mayoritas peserta rapat menolak perubahan tersebut, termasuk Indonesia.
“Saat voting tahun 2018, kami memang menolak wacana perubahan sistem skor tersebut,” kata Bambang Roedyanto, Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI.
“Itu karena saat itu BWF mau mengubah format secepat mungkin. Hanya ada tiga atau empat uji coba di turnamen kecil, lalu langsung diterapkan. Padahal saat itu kualifikasi Olimpiade 2020 akan dimulai. Bila menggunakan format baru, para pemain tidak punya banyak waktu untuk beradaptasi. Selain itu, saat itu BWF juga mengajukan usulan tidak boleh ada pelatih yang mendampingi saat pertandingan. Tentu kita tolak,” jelasnya.
Bambang Roedyanto yang akrab dipanggil Rudy ini mengungkapkan bahwa perubahan sistem skor akan membawa dampak positif bagi kemajuan olahraga tepok bulu.
Bukan hanya bagi pemain, tetapi seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.
“Saat itu beberapa negara menolak dan inginnya pembahasan ini dilanjutkan setelah Olimpiade. Lalu kami melakukan rapat dengan pengurus dan pelatih, ternyata format sistem skor 5X11 akan cocok bagi bulutangkis kedepannya. Seperti para pemain tidak hanya mengandalkan stamina, durasi pertandingan bisa ditekan menjadi lebih singkat dan dipastikan laga akan seru dari awal,” pungkasnya.