Tim Voli Putera DKI Jakarta Nantinya Berkekuatan 12 Atlet ke PON Papua kata Victor Laiyan
Victor Laiyan, pelatih PON voli putra DKI Jakarta punya trik khusus untuk menjaga timnya agar senantiasa kondusif.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Victor Laiyan, Pelatih Tim Voli Putera DKI Jakarta yang disiapkan ke PON Papua punya trik khusus untuk menjaga timnya agar senantiasa kondusif.
Bermodal pengalaman di voli sejak era 83-an, Victor Laiyan paham betul bagaimana menjaga hubungan dengan anak asuhnya, terutama saat mempersiapkan diri jelang PON Papua, Oktober mendatang.
Dari 16 pemain yang saat ini berlatih, adalah gabungan dari pemain senior dan junior, namun hanya 12 pemain terbaik yang nantinya akan membawa nama baik DKI Jakarta di PON nanti.
Viktor mengatakan, dirinya menggandeng seluruh pemain tanpa harus membeda-bedakan mana senior dan junior.
Justru kepada pemain senior, dirinya meminta agar memberikan contoh kepada yang muda.
Lewat pengalaman dari pevoli hingga jadi pelatih, Victor menjelaskan dirinya memahami jika ada pemainnya yang lagi dibawah performa, atau tidak disiplin, atau yang sedang bermasalah.
"Saya dekati satu per satu, dan kami bicarakan apa yang sedang dihadapi sehingga tidak mengganggu performa mereka. Terkadang lewat bahasa tubuhpun mereka akan mengerti kalau misalkan saya kurang berkenan dengan apa yang mereka tunjukkan. Jadi semuanya bisa dicari solusinya," ujar Victor Laiyan belum lama ini.
Sementara itu, mentalitas dan alasan mengapa mesti berjuang pun ia tanamkan kepada pemain, agar pemainnya selalu memanfaatkan kesempatan.
Selain berlatih, Victor menjelaskan pemainnya juga mesti kuat dalam rohani, dimana ia menanamkan prinsip bekerja dan berdoa.
"Kadang kan ada waktunya juga mereka goyah. Jika itu terjadi maka kami memanggil psikolog juga, kami makan bersama. Jadi pemain tidak merasa sendiri," tambahnya.
Namun, bukan berarti semua mesti dimaklumi.
Jika melebihi batas, Victor menjelaskan tak sungkan menegur secara keras.
"Namanya membangun mental, tak selalu maklum, tetapi harus bisa juga menyadarkan, dan membangkitkan meski bahasanya sedikit keras," terangnya.