Sosok Muamar Khadafi, Pelatih Asal Indonesia di Balik Kejutan Kevin Cordon di Olimpiade Tokyo 2020
Di balik suksesnya Kevin Cordon, ternyata ada sang pelatih asal Indonesia bernama Muamar Khadafi. Ini profilnya, ternyata lulusan PB Djarum
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Pebulutangkis asal Guatemala, Kevin Cordon bisa jadi satu di antara kejutan yang paling bersinar di ajang bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020.
Di balik peforma ciamik Kevin Cordon, ada sosok Muamar Khadafi, pelatih dari Indonesia yang membantu Kevin Cordon di ajang olahraga empat tahunan tersebut.
Kegemilangan Kevin Cordon di Olimpiade Tokyo 2020 berhasil menembus babak semifinal membuat rakyat Guatemala bersuka cita menyambutnya.
Namun perjuangan Kevin Cordon harus berakhir tanpa medali karena kalah melawan Viktor Axelsen dalam perebutan tiket final Olimpiade Tokyo 2020.
Usai gagal ke final, Cordon juga harus gigit jari karena ditundukkan wakil Indonesia, Anthony Ginting pada perebutan medali perunggu.
Baca juga: Tim Bulutangkis Indonesia Punya Masalah Serius Jelang Piala Sudirman dan Piala Thomas & Uber
Meski tak membawa pulang medali, namun perjuangan tunggal putra Guatemala ini patut diacungi jempol.
Pasalnya, Kevin mengukir sejarah baru dengan menjadi pebulu tangkis Amerika Latin pertama yang masuk ke babak semifinal Olimpiade.
Di balik suksesnya Kevin Cordon, ternyata ada sang pelatih asal Indonesia bernama Muamar Khadafi.
Khadafi ternyata juga alumnus dari PB Djarum yang aktif di klub itu sejak tahun 1993 hingga tahun 2000.
Baca juga: Digebuk Greysia/Apriyani di Final, Ganda China Dilaporkan ke BWF Karena Ucapkan Kata-kata Kotor
Baca juga: Pesan Ayah Buat Apriyani Rahayu Soal Guyuran Bonus dari Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020
Dilansir dari laman resmi PB Djarum, Khadafi sempat melatih salah satu klub terbaik Indonesia itu di anak cabang Surabaya.
Kemudian, dirinya keluar dan memutuskan hijrah ke Peru karena mendapatkan tawaran disana.
“Saat itu saya spekulasi saja, ambil resiko untuk menambah pengalaman melatih di internasional,” kata Khadafi saat wawancara bersama PB Djarum.
Baca juga: Mengintip Fasilitas Rumah Mewah di PIK 2 yang Jadi Bonus Buat Greysia Polii/Apriyani Rahayu
Awalnya, Khadafi menilai jika dunia bulu tangkis di benua Amerika Selatan sangat berbeda jauh dari Asia.
“Banyak sekali perbedaannya (bulutangkis di Peru dengan Indonesia). Pertama, badminton itu bukan olahraga yang popular dan bukan jadi profesi, Hanya olahraga sebagai hobi,"
"Kadang mereka latihan hanya tiga kali seminggu karena ada ujian, badminton bukan yang utama. Jadi pelatih yang beradaptasi dengan jam sekolah dan jam kerja mereka,” jelas Khadafi.
Setelah melaksanakan tugas di Peru, pada tahun 2007 dirinya pun berkesempatan berkarir di Guatemala dan bertemu dengan Kevin Cordon.
"Saya tidak tahu waktu itu ada program apa di Guatemala. Mungkin mereka mendengar bahwa ada pelatih Indonesia di sana dengan dua sparring partner di Peru."
Baca juga: Cerita di Balik Kiprah Atlet di Olimpiade, Istri Hendra Setiawan Menangis Saat Lalui Ini Sendirian
"Akhirnya Guatemala mengirimkan dua atlet ke Peru, salah satunya Kevin Cordon, saat itu ia berusia 19 tahun, untuk berlatih kurang lebih dua sampai tiga bulan latihan sama kita," pungkasnya.
Ketika awal melatih Kevin, dirinya bersama partner langsung menilai jika tunggal putra Guatemala itu punya sisi berbeda.
"Saat itu saya dan temen-temen melihat potensi dari dia. Dia punya smash yang kencang, punya kecepatan. Wah ini kalau dipegang dengan baik,"
"Suatu hari nanti bisa pemain yang besar di benua Amerika. Tapi kita bilang kalau tetap tinggal di Guatemala mungkin berat karena situasi dan kondisinya,” jelas Khadafi.
Sudah memiliki kedekatan dengan Kevin, Khadafi pun sempat menolak ajakan bergabung bersama negara lain.
"Waktu itu ada tawaran dari beberapa negara lain juga. Tapi saya kenal dia, bagaimana dia, dia atlet yang bertanggung jawab dan profesional,"
Baca juga: Legenda Bulutangkis Joko Suprianto Soroti Peforma Jonatan Christie di Olimpiade, Ada Apa Jojo?
"Dia fokus dan menjalankan apa yang diperintahkan pelatihnya. Dan dia menjalankan 100 persen. Jadi saya tanpa ragu dan berpikir panjang, oke saya berangkat lagi ke Guatemala, tahun 2017," tuturnya.
Hingga pada Olimpiade Tokyo 2020, Khadafi dan Kevin sukses membuat rakyat Guatemala terkagum-kagum akan capain wakil tunggal putranya tersebut.
“Kevin memang di posisi tidak ada beban. Karena tujuan kami kesini untuk berpartisipasi dan menikmati permainan. Kita tahu fokus kita bukan seperti negara-negara seperti Indonesia, China, Jepang dan negara kuat badminton yang fokusnya medali,"
"Kita fokusnya berpartisipasi, menikmati permainan dan memberikan yang terbaik yang kita bisa,” katanya.
Lebih lanjut, Khadafi menjelaskan jika ia saat ini akan fokus istirahat terlebih dahulu dan tetap termotivasi membawa medali atau gelar apa saja kepada anak didiknya.
Baca juga: Pemain Kelas Dunia, Peforma Jonatan Christie di Olimpiade Bikin Joko Suprianto Bingung
"Ke depannya sementara saya mau istirahat dulu, kumpul dengan keluarga. Kalau ada yang berminat nantinya, silakan,"
"Impian saya memang, saat melihat proses pemberian medali, memotivasi saya suatu hari nanti saya bisa berpartisipasi lagi di Olimpiade,"
"Tidak hanya berpartisipasi, tapi saya bisa membawa atlet entah siapa pun itu, untuk meraih medali perunggu, perak ataupun emas." jelas Khadafi. (Sumakwan Wikie Riaja/BolaStylo)