Cerita Getir Karier David Jacobs Jadi Atlet Tenis Meja, Kerap Diremehkan karena Kondisi Fisik
Bukan hanya dipandang sebelah mata, bahkan David waktu itu hampir ditolak bergabung dengan PTP Semarang karena kondisi fisiknya.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Pada saat David berusia 12 tahun, keluarganya pindah dari Kabupaten Batang ke Kota Semarang. Di kota ini David pertamakali mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan sebuah klub tenis meja bernama PTP Semarang.
"Hanya memang tantangannya tidak mudah. Pada saat saya pertamakali masuk klub di Semarang, ada saja yang memperhatikan kondisi fisik saya. Maksudnya, ada yang meremehkan. Ada juga mungkin yang menertawakan," kenang David.
Bukan hanya dipandang sebelah mata, bahkan David waktu itu hampir ditolak bergabung dengan PTP Semarang karena kondisi fisiknya.
"Bahkan pelatih di Semarang waktu itu hampir tidak menerima saya untuk masuk ke klub itu. Alasannya karena mereka melihat kondisi fisik," tutur David.
Namun berkat upaya orang tuanya, David diberi kesempatan untuk menjalani tes hingga akhirnya bergabung dengan PTP Semarang.
"Akhirnya saya dites, walaupun saya kalah dengan pemain-pemain sana, tapi saya bisa memberikan perlawanan. Akhirnya saya diterima di klub di Semarang itu," kenang David.
Pindah ke Jakarta, Perjuangan Jadi Pemain Timnas Senior
David dan keluarganya tidak lama tinggal di Kota Semarang.
Saat David menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), keluarganya lagi-lagi berpindah tempat tinggal. Kali ini keluarga David pindah ke Jakarta.
"Ini memang mungkin sudah jalan Tuhan buat saya, karena di Jakarta tempatnya kita mau maju dalam segala hal. Baik olahraga, karena di situ banyak klub, juga banyak pemain-pemain nasional yang bagus, persaingannya sangat ketat," tutur David.
Pada saat di Jakarta, David, diantar orang tuanya mendaftar ke sebuah klub tenis meja di Senayan. Menurut David klub tersebut adalah salah satu klub tenis meja terbaik di Ibu Kota.
"Orang tua saya mengantar saya, tapi itu, saya belum diterima. Belum dites, belum apa, saya tidak diterima. Orang tua saya tidak menjelaskan alasannya, tapi saya langsung tidak diterima. Tapi itu memang salah satu klub terbaik di Jakarta," kenang David.
Setelah ditolak klub tersebut, David dan orang tuanya mendaftar ke UMS 80. Di klub ini David memperoleh kesempatan bertemu dengan pemain-pemain tim nasional tenis meja Indonesia.
Di klub ini pula David mulai menuliskan cita-cita besarnya untuk menjadi atlet tenis meja.