Royce Badminton Academy Siap Cetak Susi Susanti dan Taufik Hidayat Lainnya
Indonesia sudah lama menjadi salah satu kekuatan utama Bulutangkis dunia, namun sudah beberapa tahun belakangan ini, kejayaan pebulutangkis tunggal
Penulis: Toni Bramantoro
Sistem pembinaan atlet sejak usia dini bertujuan untuk kejar poin dan menghasilkan juara instan. Sementara, sistem pelatihan atlet tanpa pemberian fundamental yang benar dan memiliki arahan yang salah.
Pemalsuan Usia
Roy berpendapat bahwa praktik pemalsuan usia pemain marak terjadi di Indonesia. Ia memperkirakan lebih dari 80% atlet dari klub bulutangkis di Indonesia memiliki identitas usia yang palsu.
Manipulasi usia pemain dapat bervariasi dengan mengambil selisih pengurangan dua hingga delapan tahun.
Artinya, banyak atlet muda yang sebenarnya berusia 19 tahun, namun mengaku dirinya hanya 15 tahun dengan menggunakan identitas pendukung yang palsu.
Biasanya pengurangan umur, serta penggantian nama, terjadi saat atlet berpindah klub. Adalah suatu yang biasa untuk atlet berpindah klub lebih dari sekali, dan perubahan umur rata-rata akan ikut berubah menurun sekitar 1 s/d 4 tahun.
Peraih medali emas olimpiade dan legenda bulutangkis Indonesia, Susi Susanti, dalam artikel yang dimuat di Lokadata (29/12/2016) menyindir: "Masih ada praktik pencurian umur lho. Jadi umur si pemain dibuat lebih muda agar bisa juara di kejuaraan kelompok umur di bawahnya. Aduh. Ya otomatis kesempatan masuk Pelatnasnya lebih besar. Penyimpangan ini tidak bagus buat pembinaan. Banyak banget praktik itu. Mencurinya pun tidak tanggung-tanggung. Bisa tiga tahun sampai empat tahun. Bagaimana mau menang anak usia 10 tahun melawan 14 tahun. Masa anak 10 tahun sudah berkumis. Sebetulnya orang tua harus pikir panjang. Tujuannya itu juara dunia bukan juara kelompok umur saja. Percuma kalau mencuri karena akan terseleksi sendiri oleh alam”.
Insentif Yang Salah
Ada dua faktor utama yang mendorong seorang atlet bulutangkis untuk memalsukan usianya: Pertama, penerapan sistem poin.
Semakin banyak poin yang didapat berarti semakin banyak kesempatan untuk masuk ke program pelatihan nasional (Pelatnas) dan diseleksi masuk tim nasional.
Hal ini memberikan tekanan yang luar biasa pada atlet, pelatih, klub, dan orang tua untuk mengebut memenangkan turnamen dan meraih poin sebanyak mungkin.
Jalan pintas untuk mencapai ini adalah dengan pemalsuan usia sehingga mereka dapat bersaing dengan atlet yang berada dalam kelompok usia yang lebih muda, dengan latar belakang yang masih lemah dan belum berkembang.
Seharusnya yang menjadi fokus utama bagi atlet muda adalah penguatan fundamental fisik dan jurus.
Kedua adalah kondisi dimana begitu seorang atlet mulai memenangkan turnamen dan mengumpulkan poin, mereka akan menjadi target rekrutmen yang menarik bagi klub-klub bulutangkis.