Royce Badminton Academy Siap Cetak Susi Susanti dan Taufik Hidayat Lainnya
Indonesia sudah lama menjadi salah satu kekuatan utama Bulutangkis dunia, namun sudah beberapa tahun belakangan ini, kejayaan pebulutangkis tunggal
Penulis: Toni Bramantoro
Klub seperti ini sering membajak dan memperdagangkan para atlet berbakat ini dengan harga yang menarik bagi orang tua mereka.
Pada keadaan seperti ini, baik secara sadar atau tidak, klub-klub dan para orang tua atlet muda ini telah mengubah status olahragawan ini menjadi sekedar sebuah barang komoditas saja. Fokus jangka panjang untuk menjadi juara dunia sudah bukan menjadi yang utama.
Piramida Terbalik
“Para pelatih dan klub-klub tingkat lokal dan nasional pada saat ini menerapkan dasar fondasi program pelatihan yang salah, jadi seperti piramida terbalik”, menurut pendapat Roy. Anak-anak dilatih tentang teknik dan strategi terlalu dini. Ini bukan suatu keterampilan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh anak yang berusia 9 hingga 14 tahun. Ini bukan dasar-dasar utama yang harus dipelajari pada dasar piramida program pelatihan atau yang patut dijadikan bekal oleh seorang atlet muda yang ingin mencapai predikat professional apalagi internasional,” papar Roy Karamoy.
Kurangnya bentuk pelatihan fundamental yang tepat pada tahap awal perkembangan seorang atlet muda, akan membentuk atlet dengan tingkat kebugaran fisik yang lemah dan tidak memiliki ketahanan stamina.
Ada konsekuensi lain yang sangat genting, yaitu tingginya angka cedera dan kemunduran yang dialami oleh para atlet di Pelatnas.
Menurut Roy, Pelatnas bukanlah tempat untuk melatih dan meningkatkan fitness para atlet; namun pada saat hal ini disadari, kondisinya sudah terlambat dapat memperbaiki tingkat ketahanan dan ketangkasan atlet tersebut.
Sistem ini kontraproduktif bagi perkembangan bulutangkis remaja dan destruktif bagi perkembangan bulutangkis Indonesia pada umumnya.
Para atlet muda bulutangkis di Indonesia seharusnya dinilai dari tingkat fitness mereka dan keterampilan dasar seperti footwork dan movement, bukan dari berapa banyak poin yang telah mereka kumpulkan.