Mengenal Cabang Olahraga Bulutangkis di Peparnas XVI Papua 2021, Terdapat Enam Klasifikasi Atlet
Mengenal klasifikasi atlet pada cabang olahraga bulutangkis atau para badminton di Peparnas XVI Papua 2021.
Penulis: Laura Hilmi
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Bulutangkis atau para-badminton merupakan satu di antara 12 cabang olahraga yang dipertandingan di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021.
Pada Peparnas XVI Papua 2021, cabang olahraga (cabor) bulutangkis akan digelar di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura.
Jadwal pertandingan cabor bulutangkis akan berlangsung pada 6 hingga 13 November 2021.
Cabor bulutangkis atau para-badminton pada Peparnas XVI Papua 2021 memiliki enam kelas atlet.
Dikutip dari laman resmi Indonesia.go.id, keenam kelas tersebut meliputi, WH1, WH2, SL3, SL4, SU5, dan SU6.
Baca juga: Jadwal Peparnas XVI Papua 2021: Ada 12 Cabor Dipertandingkan, Berikut Rinciannya
Baca juga: Mengenal Maskot Peparnas XVI Papua 2021 Bernama Hara dan Wara, Miliki Simbol Pantang Menyerah
Setiap kelas ditandai dengan kode yang terdiri dari dua huruf, lalu diikuti oleh satu digit angka.
Dua huruf pertama menjelaskan posisi atlet saat bertanding.
Sementara angka menandakan derajat disabilitas atlet.
Kelas WH1 diperuntukkan bagi atlet yang mengalami disabilitas anggota gerak tubuh bagian bawah, sehingga tidak memungkinkan bagi atlet untuk berdiri.
Atlet di kelas WH1 berkompetisi dengan menggunakan kursi roda.
Untuk kelas WH2 hampir sama seperti WH1.
Keduanya sama-sama berkompetisi dengan kursi roda.
Perbedaannya terletak pada derajat disabilitas.
Kelas WH2 diperuntukkan bagi atlet yang memiliki kekurangan pada satu atau dua tungkai, tetapi dengan gangguan gerak tubuh yang minimal.
Kelas SL3 merupakan klasifikasi untuk atlet yang memiliki hambatan berjalan dan keseimbangan karena mengalami gangguan pada satu atau kedua kaki.
Atlet dengan kelas SL3 ini bertanding dalam posisi berdiri.
Biasanya, ada atlet yang dilengkapi dengan kaki prostetik.
Untuk kelas SL4 juga memiliki klasifikasi atlet dengan gangguan pada kaki, tetapi memiliki derajat hambatan berjalan dan gangguan keseimbangan yang lebih sedikit.
Atlet yang tergabung pada kelas SL4 juga harus bertanding dengan posisi berdiri.
Adapun Kelas SU5 diperuntukkan bagi atlet yang memiliki hambatan gerak tubuh bagian atas.
Hambatan itu juga meliputi tangan yang digunakan maupun tidak digunakan untuk bertanding.
Sementara Kelas SU6 diperuntukkan bagi atlet dengan ukuran tubuh kecil atau dwarfism.
(Tribunnews.com/Laura Hilmi)