Tinju Nasional Lahirkan Kolaborasi Antar Stakeholder Lewat Program CSR
Satu hal menarik ditunjukkan olahraga Tinju Nasional lewat kolaborasi antar stakeholder.
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu hal menarik ditunjukkan olahraga Tinju Nasional lewat kolaborasi antar stakeholder.
Baru-baru ini perusahaan joint venture dari Telkomsel melalui INDICO dan PT Aplikasi Multimedia Anak Bangsa (AMAB), mulai menyasar aspek sosial dari produk game perdana miliknya, Boxing Star: KO Master.
Tak berdiri sendiri, perusahaan yang jauh dari serba-serbi olahraga itu menggandeng Chris John Foundation lewat program CSR (Corporate Social Responsibility).
Chris John Foundation merupakan yayasan non-profit yang didirikan oleh Chris John, petinju Indonesia yang menjadi Juara Dunia dan bergelar Super Champion karena berhasil mempertahankan gelar lebih dari 10 kali berturut-turut.
Sebagai publisher game yang telah sukses menggandeng AGATE untuk perilisan Memories, game novel interaktif pertama di Asia Tenggara, Majamojo kini menggagas sejumlah program CSR yang ingin meningkatkan kualitas Tinju di tanah air.
Lewat Boxing Star: KO Master, produk game pertamanya yang dirilis pada Kamis, (18/8/2022) Majamojo berharap bisa kembali menggairahkan dunia tinju di Indonesia yang sempat memiliki jajaran petinju nasional handal dan cukup disegani di kancah dunia.
"Boxing Star: KO Master menjadi pilihan game pertama kami karena mewakili kultur petinju di Indonesia yang harus memulai dari nol namun terus berjuang hingga bisa mencapai taraf petinju yang layak menyandang juara dunia," kata Jungwon Hahn, CEO Majamojo.
"Kami bahkan membuat seluruh konten game sangat Indonesia banget agar pas selera gamer lokal, bahkan memudahkan akses kepada seluruh user global," sambungnya
Senada dengan Jungwon Hahn, Chris John mengatakan, minat petinju muda di Indonesia sangatlah besar, namun pembinaan atlet usia muda ia nilai masih minim.
Petinju dengan julukan The Dragon itu pun mengkhawatirkan Indonesia mengalami krisis petinju di masa depan.
"Minat pemuda dan anak muda Indonesia terhadap tinju sebenarnya cukup tinggi, namun kurangnya pembinaan dari usia dini hingga minimnya dukungan bagi karir petinju ke depannya bikin kekhawatiran sendiri bagi mereka," ungkap Chris John.
"Saya berharap adanya kepedulian, misalnya dari pihak swasta seperti Majamojo ini bisa terus menggalakkan program-program yang mendukung olahraga tinju di Indonesia, agar tetap melahirkan bakat petinju muda yang dapat bersinar di panggung dunia," harapnya.
Beberapa cakupan program yang bakal disasar antara lain adalah pembangunan sasana tinju, audisi dan seleksi, serta penjaringan atlet berbakat di daerah, yang menjamin eksistensi olahraga tinju.