Indonesia Minim Gelar di Denmark Open dan French Open 2022, Rionny Mainaky Sentil Soal Mental
Rionny pun menyebut, pebulutangkis Indonesia kerap tak ciamik dalam memanajemen permainan di poin-poin kritis.
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Indonesia Minim Gelar di Denmark Open dan French Open 2022, Rionny Mainaky Sentil Soal Mental
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim bulutangkis Indonesia telah melewati dua turnamen Eropa bergengsi, yaitu Denmark Open dan French Open 2022.
Hasilnya, dari dua ajang berlevel Super 750 itu, bisa dikatakan skuad Merah-Putih belum mencapai hasil terbaiknya.
Pada Denmark Open, Indonesia menitipkan dua wakilnya di babak final, lewat perang saudara ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Baca juga: Cedera dan Terjungkal dari Kursi Roda, Jojo Belum Tahu Bisa Main atau Tidak di Hylo Open 2022
Baca juga: Sorotan Hasil Denmark Open 2022, Adu Pukulan Ajaib, Minions ke Final Seusai Bungkam Sang Juara Dunia
Pada pekan selanjutnya di French Open, tak satu pun wakil dari Indonesia menginjakkan kaki di partai final. Sejatinya, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati memiliki peluang lolos ke babak final.
Sayang, langkah Rehan/Lisa dihentikan oleh ganda campuran Belanda, Robin Tabeling/Selena Piek.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky mengatakan, performa dari atlet Indonesia sejatinya cukup baik.
Kendala yang sering dijumpai oleh tim merah-putih adalah faktor nonteknis, seperti persoalan mental.
"Performa mereka secara keseluruhan cukup baik, karena para pemain sebetulnya bisa selalu unggul dalam pengumpulan angka," ungkap Rionny.
"Cuma kendalanya mereka kendor di poin-poin akhir di gim penentuan. Ini dikarenakan faktor nonteknis, yaitu persoalan mental," sambungnya.
Tak sampai di situ, Rionny pun menyebut, pebulutangkis Indonesia kerap tak ciamik dalam memanajemen permainan di poin-poin kritis.
Hal itu membuat para pemain menjadi tegang, kehilangan fokus, sampai melakukan banyak kesalahan yang menguntungkan lawan.
"Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah dan catatan serius bagi saya, para pelatih, dan yang utama atletnya sendiri," tutur Rionny.