Mayoritas Pengurus Provinsi Pelti Gelar Pertemuan Tujuannya Untuk Protes Pengurus Pusat Pelti
Mayoritas pengurus provinsi menggelar pertemuan di Jakarta pada Kamis (17/11/2022) malam untuk melakukan protes kepada pengurus pusat (PP) Pelti.
Penulis: Toni Bramantoro
Sebelumnya, sudah ada persetujuan dari PP Pelti bahwa yang melaksanakan kepengurusan Pelti Aceh sampai Desember nanti ialah pengurus yang ada saat ini setelah Ketua Umum meninggal dunia.
"Dari awal, ada Ketua Harian yang menjalankan, jalan lancar tidak ada kendala selama ini, Mukernas pun kami datang. Namun, kon Empat hari sebelum Munas, dicabut dan tunjuk Caretaker. Ini kejam sekali," tegasnya.
Selain persoalan semena-mena menunjuk caretaker, Sekretaris Umum Pengprov Pelti Jambi, Aswari Hepni juga menegaskan kegelisahan anggota Pelti yang melihat AD/ART Pelti, terutama terkait teknis Munas, banyak yang dilanggar oleh PP Pelti.
"Terkait masalah dukungan, di dalam AD/ART jelas bahwasanya disebutkan paling sedikit 10 Pengprov, namun pada kenyataannya, di Peraturan Organisasi (PO) dibuat 15 Pengprov," ucapnya Aswari.
Selain itu, dalam pembuatan PO dan penentuan tim penjaringan serta penyaringan calon ketua umum, dia menilai tak independen. Sebab, Pengprov sama sekali tidak tahu hingga akhirnya PO lahir.
"Ini kapan selesainya, kapan disosialisasikannya, sifatnya tidak massif dan terkonfirmasi kepada kami di Pengprov, ini tidak sesuai dengan AD/ART Pelti," tegas pria bergelar Doktor tersebut.
Di sisi lain, Sekretaris Umum Pelti Papua Dipo Wibowo berharap agar Munas Pelti 2022 bisa berjalan dengan baik serta lancar untuk mendapatkan calon pemimpin terbaik di Pelti.
"Tidak boleh ada trik-trik yang dimainkan secara politik yang dibuat untuk menghalangi calon ketua umum yang baru," tuturnya.
Dia berharap Munas berjalan sesuai dengan AD/ART, selain itu juga agar PP Pelti dan panitia penjaringan tidak megadu antarpengprov sendiri. Dia juga merasakan kekecewaaan soal Pengprov Aceh yang tiba-tiba dicaretaker jalang Munas.
"Kalau model seperti ini nanti bisa berantakan, apalagi Aceh sudah diperlakukan seperti itu. Dari Sabang harus sampai Merauke, ini NKRI walaupun melalui olahraga. Organisasi Pelti ini harus bisa berjalan dengan regulasi yang ada, jangan ditabrak," terang Dipo.
Pernyataan lebih keras lagi dilontarkan oleh Sekretaris Umum Pelti Maluku Adolof. Dia menyebut perubahan di PP Pelti harus terjadi agar tenis Indonesia bisa mendapatkan bibit atlet potensial dari seluruh Indonesia.
"Kami ingin ada perubahan agar Tenis Indonesia ini bukan hanya saja dimulai dari Jakarta, tetapi dari Sabang sampai Merauke. Selama ini atlet Pengrov siapa yang dibawa ke Jakarta, ada tidak? Untuk itu kami menginginkan perubahan supaya Pelti ini Pelti Nasional," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.