Gonjang-ganjing MotoGP 2023, Para Tim Balap Mulai Kesulitan Cari Sponsor
Bos Racing Pons, Sito Pons menyebut para tim balap MotoGP 2023 mulai kelabakan mencari sponsor. Tak hanya kelas premier, namun juga Moto2.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Ajang balap MotoGP menyambut musim 2023 yang mulai menggelar race Maret mendatang dihantam kabar tak mengenakkan.
Tim-tim balap MotoGP 2023 dikabarkan kesulitan untuk mencari sponsor.
Masalah ini bak menjadi gonjang-ganjing setiap tim MotoGP 2023, karena diakui atau tidak, pamor ajang balap grand prix roda dua ini mulai anjlok popularitasnya.
Menurunnya jumlah penonton yang menyaksikan langsung race MotoGP terjadi di musim lalu.
Baca juga: Merindu The Real Marc Marquez yang Garang dan Ganas di MotoGP 2023
Hal ini kemudian membuat Dorna Sports selaku host balapan mulai kelabakan. Berbagai cara ditempuh perusahaan asal Spanyol ini.
Satu di antaranya melalui gagasan Sprint Race pada kompetisi balap MotoGP 2023. Tujuan diadakannya Sprint Race murni untuk kembali menyedot perhatian penikmat ajang balap GP kembali memadati sirkuit.
Kenyataannya, pamor MotoGP yang kian menukik tak hanya berimbas kepada Dorna, melainkan tim balap juga mengalami dampak negatif.
Bos Racing Pons dan eks rider MotoGP, Sito Pons mengatakan bahwa tenggelamnya popularitas MotoGP membuat tim-tim yang ambil bagian dalam kejuaraan mulai kesulitan untuk mencari sponsor.
Mungkin untuk tim besar seperti Honda, Ducati, dan Yamaha memiliki finansial yang kokoh. Namun tim-tim lain sperti Aprilia atau KTM membutuhkan pendukung berupa sponsor untuk mengarungi musim kompetisi.
Sebagai contoh nyata, Suzuki Ecstar memilih mundur dari MotoGP setelah merampungkan musim 2022. Selentingan kabar, pabrikan Jepang tersebut mengalami masalah keuangan.
"Jujur, saya tidak senang dengan kondisi yang kami alami saat ini," buka Sito Pons, dikutip dari laman Speedweek.
Dia membandingkan penyelenggaraan MotoGP era sekarang dengan zamannya ketika masih aktif sebagai pembalap.
"Kami punya masalah mencari dana untuk tim di kategori-kategori berbeda. Bahkan jika produk televisi berbayar bisa dicontoh, kami mengalami masalah rating televisi gratis di seluruh dunia," lanjut Pons.
"Ini jelas merugikan kami karena 90 persen keuangan tim kami dari sponsor. Sedangkan negosiasi dengan mereka kini menjadi lebih sulit karena rating TV yang juga mengalami penurunan," tambahnya melanjutkan.