Blunder Kebijakan Politik Ducati di MotoGP 2023 Bikin Repot Pecco Bagnaia
Terbentuknya Ducati Cup bak blunder bagi pabrikan asal Italia di MotoGP 2023 yang berimbas Pecco Bagnaia keteteran melawan temannya sendiri.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Kebijakan politik Ducati mengacu kepada Andrea Dovizioso yang kalah tiga musim beruntun melawan Marc Marquez, justru merepotkan Francesco 'Pecco' Bagnaia.
Embel-embel Ducati Cup mulai melekat kepada kejuaraan dunia MotoGP, setidaknya dalam dua musim terakhir.
Persaingan gelar juara dunia MotoGP lebih condong kepada pembalap yang memperkuat Ducati, entah itu rider pabrikan maupun satelit.
Namun di balik supremasi Ducati 'mendikte' jalur perburuan titel kampiun, ada kebijakan politik pabrikan Borgo Panigale yang perlahan menyulitkan Pecco Bagnaia.
Baca juga: Dokter Gigi Jawab Isu Suksesor Marc Marquez, Balapan MotoGP Mandalika Ikut Disebut
Ducati belajar dari pengalaman Andrea Dovizioso ketika berturut-turut jadi runner-up MotoGP pada musim 2017-2019.
Kala itu, cuma Andrea Dovizioso yang bisa kompetitif dengan motor Ducati Desmosedici.
Pimpinan proyek Ducati MotoGP, Gigi Dall'Igna enggan melihat timnya jadi seperti Honda dengan Marc Marquez.
Politik kebijakan Ducati pun berubah, semua pembalap pengendara Desmosedici saat ini super kompetitif.
Puncaknya, Pecco Bagnaia keluar sebagai juara dunia pembalap pada MotoGP 2022. Namun kebijakan Ducati ini justru mempersulit seorang Pecco Bagnaia.
Ya, kini ia justru harus menghadapi fakta, semua rivalnya untuk jadi juara dunia MotoGP 2024 adalah pengendara Desmosedici. Dari Marco Bezzecchi sampai paling menakutkan Jorge Martin.
Jorge Martin bahkan sangat merepotkan hidup seorang Pecco Bagnaia dalam persaingan menjadi juara dunia MotoGP 2023.
Pada MotoGP Mandalika akhir pekan lalu, Martin sempat mengkudeta posisi puncak klasemen, sebelum akhirnya kembali di ambil alih oleh Bagnaia.
Rekan setim Martin di Pramac, Johann Zarco pernah mengatakan, pembalap asal Spanyol itu telah mempelajari fase pengereman Bagnaia dengan motor Desmosedici sehingga punya kecepatan menikung yang luar biasa.
Langkah di atas dipermudah karena Ducati membuka akses data telemetri semua pembalap.
Kembali lagi, ini merupakan politik kebijakan Ducati agar bukan cuma Bagnaia bisa kencang.
Johann Zarco pernah menegaskan fakta tersebut, yang bermuara sejumlah rider Ducati mampu bersaing melawan Pecco Bagnaia dalam perburuan gelar juara dunia.
"Fase pengereman adalah kekuatan motor Ducati, jika Anda memaksimalkannya, Anda bisa menghancurkan siapapun," Zarco memberikan analisis, seperti yang dikutip dari laman Speedweek.
"Jorge Martin sekarang melakukan hal itu dan punya kecepatan tikungan luar biasa, seperti yang diperlihatkan Bagnaia dan Bezzecchi," lanjutnya.
Pada sebuah kesempatan, Martin pernah mengatakan dirinya memang mempelajari data telemetri milik Bagnaia.
"Dari data telemetri, Anda bisa lihat Pecco sangat kuat pada sistem pengereman," ujarnya.
Ya, kesimpulannya, Bagnaia harus jadi korban dari politik kebijakan Ducati. Yang menjadi pertanyaan, apakah dia bisa mengalahkan Jorge Martin untuk mempertahankan titel juara dunia MotoGP 2023? Patut ditunggu hasilnya sampai balapan series terakhir musim ini.
(Tribunnews.com/Giri)