Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Beda Sikap Legenda Badminton Indonesia & Malaysia, Ricky Soebagdja Optimis, Lee Chong Wei Nyerah

Beda sikap legenda badminton Indonesia dan Malaysia saat menghadapi krisis prestasi jelang Olimpiade, Ricky masih optimis, Lee Chong Wei mulai nyerah.

Penulis: Niken Thalia
Editor: Drajat Sugiri
zoom-in Beda Sikap Legenda Badminton Indonesia & Malaysia, Ricky Soebagdja Optimis, Lee Chong Wei Nyerah
Kolase Tribunnews
Beda Sikap Legenda Badminton Indonesia & Malaysia - Kabid Binpres PBSI, Ricky Soebagdja (kiri) dan (kanan) Lee Chong Wei asal Malaysia sebagai BA Asosiasi Badminton Malaysia (BAM). 

TRIBUNNEWS.COM - Perbedaan sikap cukup menyolok ditunjukkan oleh dua legenda badminton dari dua negara yang cukup kuat di Asia Tenggara. Ialah Ricky Soebagdja selaku Kabid Binpres PBSI yang baru, dan Lee Chong Wei milik Asosiasi Badminton Malaysia (BAM).

Ricky setelah ditunjuk untuk menggantikan Rionny Mainaky sebagai Kabid Binpres langsung menyiapkan siasat baru demi meningkatkan prestasi badminton Indonesia yang terpuruk.

Beda dengan Lee Chong Wei yang pengin menyerah setelah torehan rapor merah yang dicatatkan penggawa badminton Malaysia di ajang bertajuk Badminton Asia Team Championships (BATC) 2024 beberapa waktu lalu.

Alasan Lee Chong Wei ingin menyerah lantaran melihat tidak ada tanda-tanda kebangkitan tim badminton Malaysia dalam beberapa waktu terakhir.

Menurutnya, puncaknya terlihat ketika kontingen Malaysia mentas di BATC dan sektor putra dan putri membukukan catatan merah.

Ricky Soebagdja & Lee Chong Wei
Kabid Binpres PBSI, Ricky Soebagdja (kiri) dan (kanan) Lee Chong Wei asal Malaysia sebagai BA Asosiasi Badminton Malaysia (BAM).

Mulai dari tim putri yang meleset dari target gagal ke semifinal. Lalu tim putra kalah di final BATC 2024 ketika melawan kontingen China.

Lee yang cukup aktif memberikan motivasi dan mendampingi atlet Malaysia merasa badminton Malaysia terus mengalami kemunduran.

Berita Rekomendasi

"Saya tahu kenyataan ini menyakitkan, tapi saya pikir, bulu tangkis Malaysia hanya akan menurun dari sini, jika tidak ada yang dilakukan," ujar Lee dilansir The Star.

"Saat ini, saya merasa ingin menyerah dengan bulu tangkis Malaysia. Ketika saya berbicara kebenaran, saya dianggap sebagai orang jahat. Saya tidak dibayar untuk mencoba membantu. Kita tidak bisa hanya mengatakan semuanya baik-baik saja padahal jelas ada beberapa hal yang tidak benar," katanya menambahkan.

"Ada kemunduran dengan pemain tunggal utama kami, tetapi faktanya bahkan pemain cadangan kami belum setara. Tim-tim lain mengistirahatkan pemain-pemain top mereka dan memberikan mandat penuh kepada pemain cadangan mereka, tetapi kami tidak mengambil risiko seperti itu."

Merespons soal performa pemain andalannya, Lee menerangkan bahwa sejatinya ada kemunduran di beragam sektor.

Terbukti ganda putra terbaik besutan Malaysia belum cukup untuk membantu Negeri Jirah khususnya ketika mentas di turnamen beregu.

Terlebih tim putri yang memiliki amunisi baru dan diturunkan dalam agenda badminton itu, tak menunjukkan performa apiknya.

Baca juga: Piala Indonesia Masters 2024 Jagoan China yang Pecah Diganti BWF, Diberi di French Open 2024

"Kami memiliki ganda terbaik kami, namun terkadang, mereka bahkan tidak dapat menandingi tim-tim yang menurunkan pemain cadangan," jelasnya.

"Para pemain putri juga, meskipun ada beberapa wajah baru, belum bergerak maju. Juara bertahan India menurunkan banyak pemain muda," demikian kata Lee.

Ungkapan putus asa Lee berbanding terbalik jika dibandingkan dengan Ricky yang ingin memperbaiki prestasi badminton Indonesia.

Ricky menegaskan bahwa dia akan mempercepat regenerasi agar mendapat pemain pelapis demi mempersiapkan masa depan.

Terlepas dari fokus saat ini yang tengah berjuang ke Olimpiade, Ricky mengaku akan menaruh perhatian kepada pemain muda untuk cepat berkembang.

"Di luar olimpiade, tentunya juga (pekerjaan) pertama kami regenerasi," buka Ricky Soebagdja.

"Ini kan juga harus terus menerus, jadi mungkin untuk kepengurusan kedepan dan seterusnya ini juga yang kita harus persiapkan," imbuhnya.

Pria yang pernah mendapat medali emas Olimpiade 1996 di Atlanta menerangkan gap usia antara pemain muda dan senior tidak begitu jauh.

Sehingga ini waktu yang tepat untuk mengembangkan jajaran pratama atau pemain muda di lima sektor sekaligus.

Diharapkan dengan begitu regenerasi di badminton Indonesia segera berjalan dan mampu membantu pemain senior.

"Kalau bahasanya saya, ini percepatan untuk bagaimana dari khususnya di Pratama dari lima sektor yang ada," papar Ricky.

"Mungkin fokus lagi ke turnamen-turnamen pengiriman Ini juga harus betul-betul selektif, untuk siapa yang berangkat," jelasnya.

Ricky memang baru diamanahi sebagai Kabid Binpres PBSI belum ada waktu satu minggu sampai saat ini yang mana urgensi saat ini adalah ke Olimpiade.

Ketika nasib pemain Indonesia ke Olimpiade Paris 2024 masih belum aman, Ricky juga fokus untuk mengembangkan pemain pratama.

Seolah ini bukti bahwa Ricky masih menyimpan optimismenya di saat prestasi Indonesia mengalami penurunan drastis.

(Tribunnews.com/Niken)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas