Klarifikasi Kericuhan Laga STIN BIN vs Bhayangkara Presisi, Fahreza Rakha: Kaki Saya Ditarik
Fahreza Rakha Abhinaya memberikan klarifikasi soal kericuhan antar pemain STIN BIN dan Bhayangkara Presisi di laga Final Four Proliga 2024.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
Diawali dari float serve dari Rivan Nurmulki, bola berhasil direceived oleh Rendy Tamamilang menggunakan passing atas. Oleh setter Bhayangkara Presisi, Nizar Zulfikar, bola dikonversikan menjadi umpan kepada Agil Angga Anggara.
Smes dari posisi 1 Agil berhasil dikembalikan oleh opposite STIN BIN, Rivan Nurmulki. Reset attack dimiliki Bhayangkara Presisi, yang dikonversikan oleh Noumory Keita lewat tip ball.
Namun lagi-lagi penyelamatan berhasil dilakukan para pemain STIN BIN.
Akan tetapi pengembalian dari Rivan Nurmulki dkk, sedikit menyulitkan libero Bhayangkara Presisi, Fahreza Rakha Abhinaya. Libero asal tim Indomaret ini sampai meluncur di atas lapangan untuk mempertahankan bola tetap hidup.
Di momen inilah awal kericuhan terjadi.
Tubuh Fahreza Rakha Abhinaya nyaris menyeberang ke area tim lawan. Namun dia berhasil mempertahankan posisinya untuk tetap berada di area permainan timnya.
Baca juga: Top Skor Final Four Proliga 2024 Putaran Pertama: Boy Arnez Salip Rivan Nurmulki, Megawati Urutan 6
Namun entah secara sengaja atau tidak, Luis Elian mencoba untuk menarik kaki libero Timnas voli putra Indonesia tersebut.
Sontak laga dihentikan karena protes keras dilakukan oleh para penggawa Bhayangkara Presisi. Tak berhenti sampai di situ, para pemain seperti Nizar Zulfikar sampai terpancing emosinya karena insiden tersebut.
Henry Ade Novian menjadi pemain Bhayangakara Presisi paling emosional. Dia secara terang-terangan menunjuk Luis Elian sebagai pelampiasan emosi.
Situasinya semakin memanas. Seluruh pemain dari Bhayangkara Presisi dan STIN BIN turun ke lapangan pertandingan untuk menenangkan rekan-rekannya yang tersulut amarah.
Bahkan Ryan Masajedi dan Reidel Toiran sebagai pelatih kedua tim, sampai menarik para pemainnya sendiri untuk menghentikan konfontrasi terjadi.
Sesuai aturan FIVB, pevoli tidak bola menginjak area permainan lawan, dengan catatan bola masih hidup alias pertandingan berlangsung.
Pun aturan ini memiliki poin poin tersendiri. Di antaranya, pemain dapat dinyatakan pelanggaran jika ada satu kaki yang menginjak/menapak secara keseluruhan di area tim lawan.
Hal ini tidak berlaku ketika hanya ujung kaki, atau sebagian.
Akan tetapi jika posisi pemain berada di bawah, atau terjatuh seperti case yang dialami Fahreza Rakha, maka sebagian kaki berada di area tim lawan, sudah bisa di-call sebagai pelanggaran.
(Tribunnews.com/Giri)