Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Sosok Diaba Konate, Atlet Basket Dilarang Prancis Ikut Olimpiade 2024 Karena Berhijab

Prancis melarang atletnya mengenakan jilbab  atau kerudung yang dikenakan oleh sebagian wanita Muslim saat berpartisipasi dalam Olimpiade.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Sosok Diaba Konate, Atlet Basket Dilarang Prancis Ikut Olimpiade 2024 Karena Berhijab
Getty Images via AFP
Pemain basket Prancis Diaba Konate dilarang ikut Olimpiade 2024 karena berhijab atau jilbab. 

Prancis melarang atletnya mengenakan jilbab  atau kerudung yang dikenakan oleh sebagian wanita Muslim saat berpartisipasi dalam Olimpiade.

TRIBUNNEWS.COM - Diaba Konate  dinobatkan sebagai pemain bertahan terbaik tahun ini oleh konferensi basket perguruan tinggi NCAA Big West pada tahun 2023-2024.

Pada tahun terakhirnya bermain untuk University of California, Irvine, Diaba Konate mencetak rata-rata 7,5 poin, 2,4 rebound, dan 3,7 assist per pertandingan.

Diaba Konate, yang lahir dan dibesarkan di Paris, memiliki persentase permainan basket yang tinggi.

Ia banyak mengambil bola saat bermain.

Beberapa penggemar bola basket menganggapnya sebagai bintang yang bersinar dalam turnamen NCAA Women's March Madness tahun ini.

Namun prestasinya berhenti dan tidak bisa bermain basket di negaranya sendiri, tim nasional Prancis selama Olimpiade Paris.

BERITA TERKAIT

Itu karena dia mengenakan jilbab atau hijab.

Larangan Pakai Hijab Bagi Atlet Prancis

Sebagai tuan rumah Olimpiade 2024, Prancis melarang atletnya mengenakan jilbab  atau kerudung yang dikenakan oleh sebagian wanita Muslim saat berpartisipasi dalam Olimpiade.

Pada bulan September 2023 lalu, Menteri Olahraga Prancis saat itu Amelie Oudea-Castera mengumumkan bahwa atlet negara tersebut tidak akan diizinkan mengenakan jilbab selama Olimpiade untuk menghormati prinsip sekularisme dan untuk memastikan “netralitas mutlak dalam layanan publik”.

Langkah itu menuai kritik dan protes luas karena meski menjadi rumah bagi salah satu minoritas Muslim terbesar di Eropa, Prancis adalah satu-satunya negara di benua itu yang mengecualikan atlet berhijab di sebagian besar kompetisi olahraga domestik.

Baca juga: Komite Olimpiade Paris 2024 Minta Maaf usai Disebut Hina Perjamuan Terakhir di Acara Pembukaan

Kebijakan ini berdampak buruk pada atlet Prancis termasuk karier basket Diaba Konate.

Namun, Komite Olimpiade Internasional mengonfirmasi bahwa para atlet bebas mengenakan jilbab di desa atlet.

"Untuk Desa Olimpiade, aturan IOC berlaku," kata juru bicara IOC segera setelah larangan tersebut diberlakukan oleh pemerintah Prancis.

"Tidak ada batasan untuk mengenakan jilbab atau pakaian keagamaan atau budaya lainnya."

Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), organisasi yang berpusat di Jenewa, Swiss, pada tahun 2017 membatalkan larangan  terhadap jilbab yang dikenakan oleh beberapa wanita Muslim.

"Hati Saya Benar-benar Hancur"

Bola basket adalah olahraga kegemaran Diaba Konate.

Atlet dengan kostum bernomor punggung 23 ini sangat jago bermain basket.

Perempuan berusia 23 tahun ini baru saja kembali ke kota asalnya setelah hampir enam tahun di Amerika Serikat (AS).

Di AS dia berkuliah dengan beasiswa penuh dari Idaho State University dan memiliki karier basket yang cemerlang.

Posisinya dalam tim adalah sebagai point guard.

Setelah itu, dia pindah ke UC Irvine.

Konate berkontribusi membantu tim tersebut masuk ke turnamen bola basket mahasiswa di AS, NCAA, untuk pertama kalinya sejak tahun 1995.

Konate muncul sebagai bintang yang sedang naik daun bersama tim nasional muda Prancis, yang pernah memenangkan medali perak dalam basket 3x3 di Olimpiade Remaja Buenos Aires 2018.

Bagi Konate, pengalaman itu adalah "kenangan terbaik" dalam kariernya.

Dia ingin pengalaman indah itu kembali terulang di Olimpiade Paris.

Namun perasaannya kini campur aduk.

Dia dilarang bertanding di negara asalnya sendiri yang tahun ini menjadi tuan rumah Olimpiade.

Alasannya? Karena dia mengenakan hijab

Ketika Konate pulang untuk bermain di turnamen 3x3 pada liburan musim panas tahun lalu, dia baru mengetahui bahwa dia dilarang masuk ke lapangan.

Pada 2022, Federasi Bola Baset Prancis (FFBB) secara tegas melarang atribut apapun yang "berkonotasi religus atau politis".

"Saya tidak percaya," kata Konate.

Awalnya dia mengira "itu hanya lelucon".

"Bagaimana bisa itu terjadi pada saya. Saya kira kami adalah keluarganya. Rasanya seperti, ini saya, teman-teman. Kita biasa bermain bersama, saya adalah bagian dari kalian. Saya masih orang yang sama, tidak ada yang berubah," ujar Konate.

"Hati saya benar-benar hancur."

"Saya terlahir sebagai seorang Muslim, jadi saya ingin belajar lebih banyak tentang agama saya dan akhirnya saya menemukan jawaban atas semua pertanyaan saya."

"Sangat munafik bagi Prancis menyatakan diri sebagai negara kebebasan, negara hak asasi manusia, tetapi pada saat yang sama, mereka tidak mengizinkan Muslim atau warganya untuk menunjukkan jati diri mereka," kata Konate.

"Ini sangat membuat frustrasi karena tidak dapat mewakili negara saya atau bermain basket hanya karena identitas agama saya sebagai wanita Muslim yang memilih mengenakan jilbab," kata Konaté.

"Saya tidak dapat sepenuhnya mengekspresikan keyakinan saya dan mengejar aspirasi atletik saya."

Para aktivis mengatakan larangan jilbab di Prancis tidak hanya diskriminatif.

Larangan ini juga secara efektif mencegah wanita dan anak perempuan Muslim berpartisipasi penuh dalam olahraga, rekreasi, atau karier, dan pengecualian ini dapat berdampak negatif pada kehidupan mereka, termasuk kesehatan mental dan fisik mereka

Bilqis Abdul-Qaadir, mantan pemain basket NCAA Amerika yang memimpin pencabutan larangan jilbab FIBA ​​pada tahun 2017 mendesak rekan-rekan atletnya untuk tidak menyerah dalam menghadapi larangan tersebut.

"Diaba, saya minta maaf," kata Abdul-Qaadir saat menelepon, berbicara kepada Konaté.

"Kepada semua saudari lainnya di Prancis, saya minta maaf. Satu-satunya hal yang benar-benar dapat saya katakan − yang saya rasa harus saya katakan − adalah mereka dapat melarang kami dari organisasi dan badan pengurus mereka. Mereka dapat memberikan pendapat mereka. Mereka tidak dapat menghentikan kami bermain."

Sumber: BBC/USA Today

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas