Akademisi: Konsep Tuan Rumah Bersama Ajang PON Punya Potensi untuk Dikembangkan
Selain memperkuat kerjasama antardaerah, model dua tuan rumah dapat mempercepat pembangunan keolahragaan di provinsi tersebut.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Akademi: Konsep Tuan Rumah Bersama Ajang PON Punya Potensi untuk Dikembangkan
TRIBUNNEWS.COM - Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nurhasan, menyampaikan bahwa pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh-Sumatera Utara (Sumut) berjalan dengan lancar.
Meskipun diakui, ada beberapa catatan selama event olahraga tingkat nasional itu berlangsung.
“Pelaksanaan PON XXI/2024 di Aceh-Sumut baru saja selesai dan menurut saya, acara tersebut secara umum berjalan dengan lancar. PON ini memperlihatkan sinergi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat dalam mendukung event olahraga nasional terbesar di Indonesia,” ucap Hasan, panggilan akrab Nurhasan, Kamis (3/10/2024).
Baca juga: Banyak Rekor Atletik Tercipta di PON XXI, PASI DKI Beri Masukan Buat PON 2028
“Banyak prestasi baru yang dicapai oleh para atlet, dan ini menunjukkan kemajuan dalam dunia olahraga Indonesia,” ujarnya.
Hasan mengakui, banyak kritik dan catatan dalam penyelenggaraan PON di dua provinsi itu. Salah satu yang harus segera diselesaikan adalah soal standar minimal sarana dan prasarana.
“Namun, masih ada beberapa catatan penting terkait penyelenggaraan, terutama dalam hal fasilitas dan infrastruktur yang perlu ditingkatkan untuk mendukung kenyamanan para atlet dan penonton. Standar minimal sarana dan prasarana utama serta pendukung perlu dibuat dan dievaluasi oleh PB PON,” katanya.
Selain itu, Hasan pun menyambut baik soal PON diadakan di dua provinsi.
Diketahui, PON XXI Aceh Sumut merupakan PON pertama dengan dua tuan rumah.
“Penunjukan lebih dari satu provinsi sebagai tuan rumah PON XXI/2024 adalah langkah yang inovatif dan positif. Dengan menggabungkan dua provinsi, beban penyelenggaraan dapat dibagi, sehingga masing-masing provinsi dapat fokus pada cabang olahraga tertentu,” katanya.
Selain memperkuat kerjasama antardaerah, dua tuan rumah dapat mempercepat pembangunan keolahragaan di provinsi tersebut.
Tapi, kata dia, ada tantangan dalam model dua tuan rumah dalam pelaksanaan gelaran olahraga nasional 4 tahunan tersebut itu.
“Tantangan terbesar dari model ini adalah koordinasi antara provinsi dan distribusi sumber daya yang adil. Jika koordinasinya baik, model ini bisa menjadi solusi efektif untuk PON di masa depan. Beberapa masalah teknis seperti transportasi antar venue dan sinkronisasi jadwal pertandingan di kedua lokasi sempat muncul, meskipun akhirnya dapat diatasi, ujarnya.
“Selain itu, jarak antar kota tuan rumah yang cukup jauh juga mempengaruhi efisiensi pergerakan atlet dan ofisial,” katanya.
Hasan optimis model dua tuan rumah memiliki potensi untuk dikembangkan. Belajar dari PON Aceh Sumut, PON XXII 2028 di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) perlu lebih baik persiapannya.
“Secara keseluruhan, konsep tuan rumah bersama ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan, dengan catatan bahwa perencanaan dan koordinasi harus lebih matang agar penyelenggaraan di masa depan dapat lebih lancar dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi semua pihak,” ujarnya.