Mengenal Peter Taylor, Arsitek Bahrain yang Pecundangi Indonesia
KEMENANGAN Bahrain atas Indonesia dengan skor meyakinkan, 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Selasa (6/9/2011), tidak didapat begitu saja.
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Prawira
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurfahmi Budi
TRIBUNNEWS.COM - KEMENANGAN Bahrain atas Indonesia dengan skor meyakinkan, 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Selasa (6/9/2011), tidak didapat begitu saja.
Di sana ada unsur perencanaan permainan matang yang diawali dengan menganalisa permainan lawan, mengevaluasi kekurangan internal tim, menilai setiap individu timnas Indonesia termasuk kebiasaan bermain di rumah sendiri, plus pelbagai alternatif strategi yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Dan tugas berat tersebut berada di tangan pelatih timnas Bahrain, Peter Taylor. Pria yang pernah memuji Bambang Pamungkas, Christian Gonzalez dan Muhammad Ridwan ini menepati janjinya untuk membuat tuan rumah terhenyak.
"Kelemahan utama tim Anda adalah, mereka akan lengah dan tak disiplin saat bermain di kandang sendiri. Saya bisa jamin itu akan terjadi," kata Taylor.
Pelatih berkebangsaan Inggris itu mengungkapkan hal tersebut saat berbincang dengan Tribunnews, Selasa pagi di coffe shop Hotel Century, Senayan, Jakarta. Saat ngobrol, ia terlihat santai, sama sekali tak ada ketegangan di raut muka pria berusia 58 tahun tersebut. Padahal malam harinya, ia dituntut untuk menuai angka penuh dari Indonesia, setelah hanya mampu merengkuh satu angka di partai kandang kontra Qatar.
Peter hanya mengenakan kaos berlengan pendek dengan tulisan 'Bahrain' di bagian belakang, celana pendek plus sepatu kets berkaos kaki, yang hanya menutupi mata kaki. Saat Tribunnews menyambangi pertama kali, ia langsung menyambut dengan hangat.
Ia terlebih dulu mengulurkan tangan, dan menanyakan kabar. Maklum, Tribunnews memang sudah bertemu tiga kali dalam kesempatan yang berbeda. Sosoknya begitu menghormati tamu, karena saat berdiri dan memersilakan Tribunnews bergabung dalam satu meja, ia tengah berbincang dengan bek Ebrahim Moshkhas, gelandang Faouzi Aaish dan Inspektur Pertandingan, Salman an-Nasem.
Berbincang dengannya sangat mencirikan karakter pelatih asal Inggris. Sama seperti saat Tribunnews pernah berbincang dengan Peter White dan Bryan Robson, ciri khas ala Britania Raya begitu kental: sorot mata tajam karena menyimak omongan orang, posisi duduk sejajar sandaran kursi, plus suka bercerita panjang lebar. Itu pula yang dirasakan Tribunnews, saat ia dengan rinci menceritakan pengalamannya kala menangani David Beckham, Gareth Barry, Jamie Carragher, Kieron Dyer, Rio Ferdinand dan Emile Heskey, di timnas Inggris U-21.
Saat berbicara mengenai timnas Indonesia, Taylor bersedia secara gamblang membeberkan bagaimana ia mencari cara untuk menaklukkan tuan rumah. Tak hanya sekedar menonjolkan taktik, ia memerlihatkan kepada Tribunnews beberapa simulasi hasil rancangannya bersama dua asisten, yang didasarkan dari beberapa video rekaman penampilan Bambang Pamungkas dkk.
"Saya memiliki rekaman permainan Indonesia pada tahun 2007 saat kami gagal di Piala Asia. Saya berani bertaruh, sistem permainan mereka pasti tidak jauh berbeda dengan apa yang akan kami hadapi. Dua kekalahan terakhir atas Arab Saudi dan Korea Selatan, memberi saya gambaran, pertandingan akan berlangsung ketat, tapi kami akan muncul sebagai pemenang," kata Taylor.
Pria kelahiran 3 Januari ini mengungkapkan kepada Tribunnews, faktor fisik akan menjadi kelemahan, juga konsentrasi alias ketidakdisiplinan, seperti yang disebutkan di awal tulisan tadi.
"Kami memiliki celah dengan mengubah format permainan, memberi kejutan dan konsisten dengan permainan sendiri," tuturnya.
Janji tersebut benar-benar terealisasi di lapangan saat pertandingan. Secara tak terduga ia memasukkan dua nama baru, bek Sayed Dhiya Subbar untuk menggantikan Saleh Abdulhameed dan gelandang Mohamed Tayeb Al Alawi, yang menggantikan kapten Salman Isa. Walhasil, kecepatan dua pemain baru tersebut membuat lini belakang tuan rumah kelabakan. Hebatnya, gol pertama lahir dari Sayed, pemain yang tadinya kurang diandalkan.
Perbincangan yang berlangsung cukup lama tersebut memberikan gambaran sosok Taylor yang cermat dan sabar. Sebelum sesi latihan resmi misalnya, ia tak pernah memerintahkan para pemainnya untuk buru-buru, namun tetap menjunjung kedisplinan tinggi.
"Karakter di luar lapangan menjadi modal awal saat bermain, dan disiplin adalah kuncinya, selain sabar dalam membuka ruang," tukas Taylor.
Perjumpaan dengan Taylor berakhir saat ia meminta ijin untuk melakukan briefing pagi bagi anak buahnya. Hasilnya memang mujarab, Indonesia tak bisa berbuat banyak dengan dua karakter utama Peter Taylor, yang tergambar dalam permainan Bahrain: cermat dan sabar.