Hinca: Djohar Arifin Penyebab Karut-marut Dunia Sepakbola
Di pengujung 2012 ini, persepakbolaan Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Timnas Indonesia
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di pengujung 2012 ini, persepakbolaan Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Timnas Indonesia kerap mengalami kekalahan telak ditambah lagi konflik organisasi sepakbola dan klub yang tak berkesudahan.
Anggota Joint Commitee dari Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), Hinca Panjaitan, menyatakan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menjadi penyebab utama dan bertanggung jawab atas hancurnya sepakbola Tanah Air. Dia juga bertanggung jawab atas konflik persepakbolaan Indonesia yang tak berkesudahan.
Jawaban atau solusi atas masalah itu, sebut Hinca, yakni Djohar harus mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI. "Kalau ditanya, bagaimana menyelesaikan masalah ini, yaitu Djohar mundur," ujar Hinca di Jakarta, Sabtu (22/12/2012), kepada wartawan.
Ia mengatakan, jika Djohar sudah bersedia melakukan itu, maka harus secepatnya digelar Kongres Luar Biasa (KLB) dengan kewenangan penuh berada di tangan klub-klub yang sah. "Kembalikan lagi atau serahkan lagi kepada klub-klub ini untuk menyelesaikan persoalan ini," terangnya.
Menurut Hinca, Djohar lah penyebab utama karut-marut dan tak berkesudahannya masalah sepakbola Indonesia. Masalah terkini yang dibuat Djohar, yakni dimintakkannya tiga syarat bagi empat anggota Exco jika ingin kembali ke posisinya di PSSI, termasuk harus meminta maaf kepada Djohar selaku Ketua Umum PSSI.
"Jadi, yang membuat sepakbola Indonesia karut-marut dan tidak selesai-selesai, yah Djohar Arifin sendiri," kata Hinca.
Hinca mengingatkan masyarakat Indonesia, bahwa Djohar juga lah yang sejak awal memulai konflik di tubuh organisasi yang dipimpinnya.
Sebab, sejak terpilih sebagai Ketua Umum PSSI di Solo pada Juli 2011, Djohar lah yang memasukkan enam klub tambahan dalam ajang kompetisi sepakbola tertinggi di tanah air, Liga Indonesia.
"Saat itu, sudah bagus semua dan kami semua sudah hormat. Tapi, tidak sampai 100 hari, langsung diubahnya peserta kompetisi dari 18 (kluB) menjadi 24 klub. Nah, yang enam masuk ini asal-asalan, dan marah dong yang 18 ini, karena kompetisi itu kan punya sejarah panjang, tapi tiba-tiba di sebelahnya sudah ada enam klub lain," paparnya.
Hinca menganggap wajar bila mulai saat itu para petinggi di PSSI terbelah dan dibentuk KPSI. "Begitu marah dan berkelahi, akhirnya dimosi tidak percaya, 542 anggota PSSI membentuk sendiri kepengurusannya, itulah La Nyalla dan kawan-kawan itu," kata Hinca yang berlatar belakang sebagai penasihat hukum dan pengurus partai berkuasa, Partai Demokrat, itu.
SUPERBALL POPULER