Julius Raja: PT LPIS Tak Siap Gelar Kompetisi
Julius Raja mengurai alasan bahwa hal tersebut ditengarai ketidakjelasan jadwal manager meeting dari operator kompetisi PT LPIS.
Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Skuad PSMS Medan versi PT Liga Prima Indonesia Sportindo melakoni latihan ringan atau small game di Stadion Kebun Bunga, Kamis (28/2) kemarin sore.
Usai latihan tersebut, seluruh pemain bersama tim pelatih berkumpul membentuk lingkaran mendengarkan paparan Wakil Manajer Tim, Julius Raja. Wajah Saktiawan Sinaga dan kawan-kawan terlihat muram dan lesu.
Seperti diperkirakan, kabar tak sedap kembali harus dicecap. Pengurus tak berdaya untuk memberi sodoran kontrak. Julius Raja mengurai alasan bahwa hal tersebut ditengarai ketidakjelasan jadwal manager meeting dari operator kompetisi PT LPIS.
Ia pun melontarkan kritik pedas pada PT LPIS. "Kami sudah sampaikan berkas-berkas kelengkapan, mereka terima tapi tidak ditindaklanjuti. Sampai sekarangpun jadwal manager's meeting nggak jelas. Padahal disitulah diketahui secara pasti jadwal kompetisi, aturan soal kontrak dan lain-lain. Kami, pengurus mau gimana lagi coba dengan situasi ini," kata pria yang akrab disapa King ini.
"Memang PT LPIS ini belum siap menggelar kompetisi. Coba lihat pertandingan Semen Padang lawan Arema yang batal. Itu di kasta tertinggi, IPL. Konon lah pulak di Divisi Utama. Ya, kemungkinan semua baru bisa jelas setelah Kongres 17 Maret lah. Itupun masih harus rapat sana, rapat sini lagi. Paling logis, di bulan April lah jelasnya ini," katanya dengan nada suara meninggi.
Guna memagari pemain agar tak "angkat kaki", King menyebutkan bisa dilakukan dengan cara dana patungan. "Saat ini perlu dipangkas jumlah pengurus yang 109 itu. Cukup disaring 50 orang yang benar-benar mampu secara finansial dan mau berkorban. Tiap pengurus mau memberi Rp 5 juta lewat rekening PSMS Medan. Artinya ada dana terkumpul Rp 250 juta," sebutnya.
Ia menyebutkan dengan kondisi yang serba tak jelas, pengurus dituntut untuk punya inisiatif. Berdasarkan perhitungan kasar, 25 pemain dan tim pelatih membutuhkan dana sebesar Rp 250 juta sesuai persentase kecil dari kontrak.
"Pada dasarnya lambannya PT LPIS ini merugikan kami pengurus. Tapi kekmanalah mau dibuat, kalau ada langkah yang boleh dilakukan, ya dilakukan lah," ucapnya.
Sementara itu, perihal status Edy Syahputra yang digadang menjadi pelatih kepala pascakepergian Abdul Rahman Gurning, kepengurusan belum membuat keputusan.
"Saat ini kita masih berharap pada Gurning, kita sedang tunggu keputusan dia. Kalau pahit-pahitnya dia nggak mau lagi, ya Edy Syahputra yang kita angkat dan kukuhkan. Tapi ini belum kami bicarakan di rapat," katanya.
Edy membenarkan bahwa statusnya memang belum jelas. "Saat ini saya masih berstatus asisten pelatih dan melanjutkan program bang Gurning. Sebenarnya, saya sudah rancang program sendiri. Tapi belum bisa saya keluarkan karena saya bukan pelatih kepala," ucap pelatih berlisensi A nasional ini. (raf/tribun medan)