Temui PT Liga, 11 Pemain PSMS Menggelandang di Monas
Tiket penerbangan tujuan Jakarta-Medan yang berkisar Rp 1,3 juta digadaikan.
Editor: Ravianto
Laporan Randy F Hutagaol, Wartawan Tribun Medan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekenyangan "makan" janji tanpa realisasi dari kepengurusan pimpinan Indra Sakti Harahap, membuat skuat PSMS Medan versi PT Liga Indonesia (LI) didera penderitaan hebat. 11 pemain terpaksa harus menggelandang di Jakarta demi menemui operator kompetisi, PT LI dan PSSI.
Tidak bisa tidak, tuntutan atas ketidakpedulian pengurus yang tidak membayar gaji di satu musim kompetisi mendesak untuk disampaikan.
Tiket penerbangan tujuan Jakarta-Medan yang berkisar Rp 1,3 juta digadaikan. Apa nyana, uang itu hanya cukup untuk membeli nasi bungkus dan biaya transportasi darat. Hardiantono dan kawan-kawan seolah mengabaikan dinginnya angin malam dan terpaan polusi di siang hari. Para pengusung panji-panji Ayam Kinantan ini harus tidur di pelataran Gedung Monumen Nasional (Monas) dan sesekali menginap di Masjid Al-Bina.
"Kalau dibilang ngeri, ya gitulah keadaannya bang. Tapi mau gimana lagi dibuat, kami punya keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal, hanya dari sepakbola ini kami cari makan," kata Alamsyah Nasution saat berbincang dengan Tribun lewat sambungan telepon selular, Rabu (12/6) malam.
Gelandang senior PSMS LI ini mengatakan sudah berjumpa perwakilan PT LI. "Kami diminta untuk menunjukkan surat keterangan gaji yang harus dibayarkan. Kamis 13 Juni, kami dijadwalkan ketemu pak Djoko Driyono (CEO PT LI). Kalau sama pak Djohar kami belum ketemu, beliau bilang sedang sholat dan mengirim utusannya menjumpai kami," ucapnya.
"Kami bingung mau berteduh di mana. Tapi menuntut hak-hak kami, jauh lebih penting dari soal berteduh. Klesotan aja di sini pun tak apalah. Kami memohon dukungan masyarakat Medan, mendoakan perjuangan kami ini. Nggak tahu lagi mau gimana," kata kapten tim, Hardiantono.
Sementara itu, PSSI menyatakan keprihatinan yang besar terhadap pasukan Suharto AD itu. Sekretaris Jenderal PSSI, Hadiyandra mengaku siap menjembatani pemain dengan pengurus. Yang mengejutkan, kondisi ini akan dibawa menjadi satu agenda di Kongres Tahunan PSSI.
"Pemain itu urusan klub. Kami merasa prihatin. Kami memang tidak bisa intervensi, tapi kami siap menjembatani agar masalah ini diperhatikan. Memang rencananya kami akan membahas soal laporan evaluasi pengelola liga di kongres 17 Juni. Nanti di sana akan kami bahas. Tapi memang tidak pantas klub bersikap seperti itu," ujar Hadiyandra, di Senayan, Jakarta kemarin.
Kasus penunggakan gaji pemain oleh klub sudah berkali-kali terjadi. Meski sudah mengadu berulang-ulang kali pula kepada federasi bahkan ke pemerintah melalui menteri pemuda dan olahraga, hingga kini belum ada langkah kongkret untuk menuntaskan masalah tersebut.
Hadiyandra juga menyebut solusi akan mengesahkan pembentukan asosiasi pemain. Asosiasi ini nantinya akan mengakomodir keseluruhan problem pemain di klub-klub yang berkompetisi di level profesional.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.