Brasil, Penyelenggara Terbaik
Tuan rumah meraih tropi dan disebut sebagai yang terbaik sepanjang sejarah digelarnya Piala Konfederasi yang awalnya bernama King Fahid Cup.
Editor: Dewi Pratiwi
TRIBUNNEWS.COM - Walaupun sebagian rakyat Brasil memprotes keras dan menggelar unjuk rasa yang tiada hentinya, pagelaran Piala Konfederasi 2013 tetap berjalan hingga babak final.
Tuan rumah meraih tropi dan disebut sebagai yang terbaik sepanjang sejarah digelarnya Piala Konfederasi yang awalnya bernama King Fahid Cup.
Presiden badan sepak bola dunia FIFA, Joseph Blatter tidak terpengaruh dengan aksi unjuk rasa yang meluas di Brasil sepanjang Piala Konfederasi digelar.
Bahkan sebelum kompetisi yang mengawali Piala Dunia 2014 ini dibuka aksi unjuk rasa itu sudah mulai berkobar.
"Ini adalah Piala Konfederasi terbaik yang kami selenggarakan. Banyak pertandingan yang menarik dan dengan ketegangan tinggi," ucap Blatter.
Banyaknya aksi demontrasi yang terjadi hampir setiap hari sepanjang Piala Konfederasi digelar, Blatter tak menganggapnya sebagai kegagalan Brasil.
Bahkan orang nomor satu FIFA ini menganggap Brasil telah sukses dalam penyelenggaraan kompetisi empat tahunan ini dan tuan rumah kini siap melanjutkannya ke level Piala Dunia satu tahun mendatang.
"Penyelenggaraan ini telah sukses dan juga Piala Dunia nanti. Banyak gol yang tercipta yang sangat disukai banyak orang. FIFA kini semakin kuat," lanjut Blatter.
Meski Brasil dikenal sebagai negeri penggila sepak bola, ternyata malah justru banyak yang melakukan protes pada penyelenggaraan PIala Dunia yang akan digelar tahun depan.
Menurut para aksi demontrasi itu, Brasil telah menghamburkan uang untuk pesta sepak bola sejagat itu. Padahal masih banyak rakyat mereka yang menderita karena kemiskinan.
Paling tidak tuan rumah harus menyediakan 13,3 miliar dolar AS untuk membangun stadion-stadion dan merenovasi sejumlah bandar udara.
Aksi unjuk rasa ini semakin memburuk pada laga semifinal lalu yang menyebabkan satu orang tewas.
Pada penyelenggaraan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan lalu FIFA memberikan dana 100 juta dola AS untuk membantu membangun satdion dan beberapa fasilitas lainya.
Tapi untuk penyelenggaraan di Brasil kali ini tidak ada rencana dari pihak FIFA untuk memberi bantuan dana. Mereka yakin, Brasil bisa mengatasinya sendiri.
"Pada akhir Piala Dunia Afrika Selatan dengan semua keberhasilan kompetisi, kami telah meninggalkan warisan dengan dana yang dikucurkkan sebesar 100 juta dolar AS. Saya yakin jumlah sebesar itu bahkan lebih tinggi bisa didapat di sini," lanjut Blatter.
Selengkapnya di edisi cetak Berita Kota Super Ball