Kompas Gramedia & Pertamina Jajaki Kompetisi U-18
Kerja sama dimaksud untuk memutar roda kompetisi sepak bola usia 18 tahun. Selama ini, kompetisi U-18 belum pernah digagas pihak swasta.
Editor: Dewi Pratiwi
TRIBUNNEWS.COM - Manajemen Liga Kompas Gramedia tengah menjajaki kemungkinan bekerja sama dengan PT Pertamina, BUMN yang mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia.
Kerja sama dimaksud untuk memutar roda kompetisi sepak bola usia 18 tahun. Selama ini, kompetisi kelompok umur tersebut belum pernah digagas oleh pihak swasta.
Direktur Kompetisi Liga Kompas Gramedia usia 14 tahun (U-14) Adi Prinantyo menjelaskan, kesepakatan lisan sudah terjalin dengan Yayasan Pertamina. Sejauh ini masih menunggu 'bantuan' dari kalangan pengusaha yang peduli dengan perkembangan sepak bola di Indonesia karena biaya untuk menjalankan kompetisi tidak murah.
Adi mencontohkan, untuk menggelar kompetisi U-14 pihaknya bersama sponsor seperti Agung Podomoro Land, Pespex, atau SKF Indonesia, mengeluarkan biaya sekitar Rp 20 juta per pekan seperti biaya sewa lapangan.
LKG U-14 mempertandingkan total 30 pertandingan dalam satu musim kompetisi. Jumlah itu bertambah jika menghitung pendanaan pemusatan latihan dan keberangkatan tim ke ajang Gothia Cup, serta biaya tim pemandu bakat sekitar Rp 90 juta. Untuk kostum wasit dan bola, disponsori oleh Pespex.
"Rencana ini untuk menjembatani jenjang kompetisi. LKG sudah punya U-14 sedangkan Pertamina menggelar kompetisi U-16. Tapi, setelah itu mau kemana? Ngga ada," kata Adi di sela-sela pertandingan LKG U-14 di Lapangan Pertamina Simprug, Kebayoran Lama-Jakarta Selatan, Minggu (25/08/2013) sore.
"Sementara federasi (PSSI-Red) ngga berpikir. Harusnya menyediakan media kompetisi bagi anak atau bantuan lain seperti biaya sewa lapangan dan pelatihan untuk para pelatih SSB. Selama ini banyak kompetisi yang berjalan atas inisiatif swasta," tambah Adi.
Manajemen LKG berharap, keberadaan kompetisi yang tersistem dengan baik mewadahi pemain untuk meretas mimpi menjadi pesepak bola profesional. Kompetisi, kata Adi, sejatinya menghasilkan pemain untuk tim nasional sepak bola Indonesia dan mengedepankan kepentingan negara.
Selengkapnya di edisi cetak Berita Kota Super Ball
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.