Persidafon Tak Mampu Bersaing Karena Krisis Finansial
Persidafon Dafonsoro menemani PSPS Pekanbaru yang terdegradasi ke kasta dua kompetisi sepak bola.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA – Persidafon Dafonsoro, klub asal Dafonsoro, Papua terdegradasi dari kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) musim 2012-13. Permasalahan krisis finansial yang dialami membuat klub berjuluk Gabus Sentani tak kuasa bersaing di kompetisi papan atas Liga Indonesia.
“Terus terang sejak tahun lalu kami mengalami krisis finansial. Tim pelatih tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan persiapan menjelang bergulirnya musim ini,” ujar Asisten pelatih Persidafon Dafonsoro, Erenst Pahelerang saat dihubungi, Rabu (11/9/2013).
Kondisi krisis finansial di tim membuat Persidafon Dafonsoro pun ditinggal dua pemain bintang, Patrich Wanggai dan Ferinando Pahabol. Keduanya pindah ke klub Persipura Jayapura. Padahal pada kompetisi LSI musim 2011-2012, kedua pemain itu berjasa mengantarkan Persidafon berada di peringkat ke-10.
Erenst Pahelerang kemudian menjelaskan, memasuki putaran kedua kompetisi LSI keadaan sudah mulai berubah. Masuknya beberapa pemain baru, seperti David Laly, Stevie Bonsapia, Markus Harison, dan Precious Emeuejeraye membawa perubahan.
“Putaran kedua ada perubahan, tetapi sudah terlambat. Kami harus menerima bahwa terdegradasi dari kompetisi LSI,” katanya.
Erenst Pahelerang berharap, supaya terdegradasinya Persidafon dari kompetisi LSI dikarenakan krisis finansial dapat diambil hikmah bagi klub lain. “Jadikan ini sebagai pembelajaran, bahwa tak mudah berkompetisi di LSI,” tuturnya.
Persidafon Dafonsoro menemani PSPS Pekanbaru yang terdegradasi ke kasta dua kompetisi sepak bola. PSPS Pekanbaru pun mengalami krisis finansial, sehingga tak mampu bersaing di LSI.