Awalnya Menolak, Pemain Timnas U-19 Kini Ketagihan Krioterapi
Sempat awalnya menolak, para pemain timnas Indonesia U-19 sekarang malah ketagihan menjalankan krioterapi.
Penulis: Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM – Sempat awalnya menolak, para pemain timnas Indonesia U-19 sekarang malah ketagihan menjalankan krioterapi. Dokter tim, Alfan Nur, menerapkan krioterapi kepada para pemain, usai latihan dan setelah pertandingan.
Krioterapi merupakan terapi yang menggunakan suhu melalui media air. Tahapan pertama para pemain akan masuk ke dalam air dengan suhu kamar, seperti kolam renang. Di situ para pemain akan melakukan sejumlah gerakan penyegaran selama lima menit.
Setelah itu mereka akan masuk ke kolam kecil atau tong seukuran dada yang diisi dengan es batu dengan suhu yang diharapkan benar-benar di bawah 0 derajat Celcius. Mereka akan berendam di sana dengan waktu yang ditentukan.
Begitu keluar dari kolam kecil atau tong itu mereka akan masuk ke dalam kolam air hangat. Setelah dari kolam air hangat mereka kembali ke kolam pertama. Kegiatan ini diulangi hingga 4-5 langkah.
Alfan Nur menjelaskan, fungsi terapi ini adalah pengembalian fisiologis otot secara cepat, khususnya sebagai langkah pencegahan cedera atau terapi cedera, baik otot, ligamen, maupun tendon. Menurut dia, dengan jadwal pertandingan begitu ketat dengan hanya waktu lowong satu hari, melalui terapi ini para pemain bisa segera bugar kembali untuk bermain.
“Semakin cepat krioterapi ini dilakukan, terutama setelah bertanding, maka fisik mereka akan semakin bagus. Paling tidak sekitar 50-75% penyembuhan berada pada fase itu. Kalau ditunda, cedera yang tadinya berada pada satu titik bisa menyebar,” jelas Alfan kepada Tribunnews.com.
Dokter Alfan mengungkapkan, pada awalnya krioterapi ini sulit diterima. Dengan suhu seperti itu para pemain sampai berteriak, merasa tidak nyaman, bahkan ada yang tidak mau keluar kamar dengan berbagai alasan seperti sakit. Dokter Alfan yang dibantu fisioterapis tim, Adit, harus sampai cerewet memaksa pemain dan sering kali menarik pemain untuk keluar dari kamar.
“Setelah merasakan efeknya, sekarang akhirnya mereka ketagihan. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah ‘Dok, ada krioterapi, kan?’,” kata Alfan yang mengakui krioterapi ini masih jarang dilakukan di Indonesia.