Javier Zanetti Akui Marco Tardelli Adalah Pelatih Terburuk
Sejak 1995 bergabung di Inter Milan, Javier Zanetti sudah melalui berbagai momen bersama banyak pelatih
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, MILAN - Sejak 1995 bergabung di Inter Milan, Javier Zanetti sudah melalui berbagai momen bersama banyak pelatih. Dari sekian nama pelatih yang pernah melatih Inter, Zanetti pun menunjuk satu nama sebagai yang terburuk.
Penilaian Zanetti pun dilatari objektivitas serta pencapaian yang diraih Inter pada masa itu. Marco Tardelli, disebut sebagai pelatih dengan catatan terburuk yang pernah bekerja sama dengan dia.
"Masa yang sulit bersama dia. Kami kalah 0-6 pada laga derby, dan sesuatu pecah pada hari itu ... Saya tidak tahu apakah dia benar-benar yang terburuk, tapi dia adalah pelatih yang paling kusuka," sebut Zanetti.
Zanetti pun menyebutkan beberapa nama lain yang pernah menorehkan makna penting dalam perjalanan karier Inter selama lebih dari dua dekade terakhir. Salah satunya Roberto Mancini.
"Roberto Mancini adalah pelatih di mana kami memulai era baru dan dia melakukan pekerjaan yang besar. Marcello Lippi diberi segala sesuatu yang diperlukan untuk membuat tim yang hebat, tapi sayangnya itu tidak bekerja dengan baik. Bukan hanya salahnya, tapi berubah menjadi tahun yang sangat rumit.
"Saya merasa terganggu oleh komentarnya, bahwa dia ingin menendang bokong pemain. Saya tidak berpikir itu adalah cara yang tepat untuk bersikap di dalam sebuah kelompok. Kesalahan dapat dibuat, tetapi ada cara lain untuk mengajar orang tentang apa yang salah.
"Saya sangat sedih dengan bagaimana masa-masa Hector Cuper bersama Inter harus berakhir. Dia adalah orang yang bisa diandalkan dan sayangnya nasibnya ditentukan pada 5 Mei, ketika kami kehilangan Scudetto," papar sang kapten.
Sementara satu nama yang disebut sebagai pelatih terbaik Inter tak lain adalah Jose Mourinho. Bagaimana tidak, pelatih berkebangsaan Portugal itu memang menjadi satu-satunya yang sukses membawa Inter meraih tiga gelar sekaligus dalam satu musim.
"Mourinho adalah seorang juara dari cara dia menangani setiap detail dan masa dua tahunnya akan selalu diingat setiap fans. Ketika aku mengangkat trofi Liga Champions dan meletakkannya di samping loker, aku berbicara dengan trofi itu. Aku mengatakan kepada trofi itu bahwa aku telah mengejarnya untuk waktu yang lama dan akhirnya bisa berada dalam pelukanku," pungkas dia.
Duniasoccer/irawan