Wawancara Roberto Carlos: Brasil Seperti Dulu Lagi
Roberto Carlos mencuat ketika tim nasional Brasil sedang memasuki masa jayanya.
Penulis: Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM – Roberto Carlos mencuat ketika tim nasional Brasil sedang memasuki masa jayanya. Selama periode 1992 hingga 2006, mantan bek kiri dengan tendangan geledek tersebut memberikan 1 trofi Piala Dunia, 2 trofi Copa America, dan 1 Piala Konfederasi.
Semenjak Carlos mengundurkan diri dari tim nasional, Brasil mengalami penurunan. Takhta sebagai tim terbaik di dunia mulai digeser oleh Spanyol. Peringkat FIFA juara dunia 5 kali itu bahkan terlempar ke peringkat ke-11.
Di mata Carlos, tim Brasil saat ini memiliki peluang untuk kembali bertakhta. Eks pemain Real Madrid tersebut menilai tim Brasil asuhan Luiz Felipe Scolari saat ini seperti tim Brasil pada eranya.
Dengan permainan indah khas Brasil, Carlos yakin Brasil bisa menjadi juara di Piala Dunia 2014. Berikut ini petikan wawancara Roberto Carlos yang disadur dari situs resmi FIFA.
Luiz Felipe Scolari yang anda kenal betul kembali melakukan pekerjaan bagus bersama tim. Menurut Anda apakan dia pelatih yang tepat untuk melatih Brasil di Piala Dunia yang dimainkan di negara sendiri?
Brasil memiliki banyak pelatih hebat, namun saya rasa kami membuat keputusan tepat dengan membawa kembali Scolari. Saya menyukai Mano Menezes dan pondasi-pondasi yang dia bangun. Ketika dia pergi, mereka membawa seseorang yang memahami persepakbolaan Brasil dan berpengalaman terhadap atmosfer seputar tim nasional. Brasil memiliki sebuah peluang bagus di Piala Dunia, meskipun menghadapi tekanan. Dia bisa membuat pemain tetap tenang, cerdas, dan memiliki staf-staf yang sangat bagus. Pertemanan yang dia miliki dengan para pemain sangat penting, bahkan dengan seorang bintang seperti Neymar. Skuat ini dibangun oleh mental tim dengan semua orang bekerja sama mencapai satu tujuan.
Anda memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Real Madrid dan Spanyol. Bagaimana anda melihat tim nasional Spanyol saat ini? Apakah terdapat perubahan sejak Piala Konfederasi? Apakah mereka masih termasuk penantang utama di 2014?
Mereka masih sangat kuat dan juga akan menjadi lawan tangguh di Piala Dunia. Mereka tahu mereka kalah dari salah satu tim terbaik di dunia di Piala Konfederasi, sebuah negara dengan lima gelar Piala Dunia, dan mereka menerimanya. Ketika saya berbicara dengan mereka, mereka mengatakan Brasil merupakan tim yang lebih baik dan mereka sama sekali tidak terlalu sedih. Brasil menekan dengan intensitas yang bagus, sesuatu yang sudah lama tidak dilakukan Brasil, dan bermain dengan keceriaan, seperti kami dulu. Namun Spanyol juga mengatakan mereka tidak akan kalah dari kami lagi. Tapi mereka tetap kalah juga pada Juni lalu.
Apakah Anda melihat Marcelo sebagai suksesor anda di Real Madrid dan Brasil?
Marcelo adalah seorang pemimpin di Real dan di tim nasional. Dia pemain penting bagi kedua kubu. Dia telah berkembang sangat cepat. Brasil memiliki banyak pilihan di sisi kiri, ada Marcelo, Maxwell, dan Filipe Luis, namun Marcelo memiliki keuntungan karena dia sudah berada di Real Madrid selama beberapa tahun. Hal itu menunjukkan kepercayaan dirinya. Dia adalah seorang pemimpin di atas lapangan dan dia termasuk salah satu yang terbaik di posisinya. Masalahnya dia adalah cedera, namun demikian dia adalah pemain hebat.
Pengalaman melatih Anda adalah bersama Anzhi (Makhachkala), di mana Anda menjadi pemain-pelatih. Apakah itu menjadi momen Anda pertama kali berpikir untuk menjadi pelatih dan apakah Guus Hiddink sangat membantu Anda?
Segala hal yang saya alami dan saya pelajari di sepak bola membawa saya berpikir suatu hari nanti untuk menjadi seorang pelatih. Saya menjadi pemain-pelatih di Anzhi selama 10 pertandingan, namun saya benar-benar ingin mendedikasikan diri saya secara sepenuhnya pada profesi ini. Sekarang saya lebih bahagia. Saya masih berusaha menyesuaikan diri, namun saya bangga dengan apa yang sedang kami bangun di sini. Saya ingin menorehkan sejarah sebagai seorang pelatih, seperti yang saya lakukan dulu ketika menjadi seorang pemain. Hiddink banyak mengajarkan saya. Sewaktu di Anzhi kami berbincang setiap hari dan saya melihat bagaimana dia menghadapi situasi-situasi sulit, bagaimana dia selalu terlihat mengetahui apa yang dibutuhkan para pemain. Dia adalah guru yang hebat. Saya harap saya bisa sesukses dia.
Anda nyaris memenangkan segalanya sebagai seorang pemain. Apakah Anda bisa mengulang kesuksesan ini sebagai seorang pelatih?
Saya rasa bisa. Saya tidak berusaha menjadi orang keras. Saya ingin berteman dengan para pemain dan mengenali mereka. Saya bekerja keras dan karena itulah para pemain menghormati saya. Saya berusaha sebisa mungkin terbuka, dengan para pemain, klub, penggemar, dan media. Hal itu membuat segalanya menjadi lebih mudah. Saya rasa dalam tujuh atau sepuluh tahun dari sekarang saya akan merayakan banyak hal dalam karier kepelatihan saya.
Selain Hiddink, apakah ada pelatih lain yang menginspirasi Anda dan membantu Anda menjadi seperti saat ini?
Luiz Felipe Scolari, (Vanderlei) Luxemburgo, Fabio Capello, (Vicente) Del Bosque. Bahkan (Jose) Mourinho, meski saya tidak pernah bekerja bersama dia. Saya selalu berusaha mengamati para pelatih ini, belajar dari mereka dan memasukkan ide-ide mereka untuk melatih diri saya. Saya juga mengagumi pelatih-pelatih yang berasal dari generasi yang lebih muda seperti Pep Guardiola atas apayang dia lakukan di Barcelona dan yang sedang dia lakukan di Bayern. (Michael) Laudrup juga melakukan pekerjaan bagus di tim yang lebih kecil seperti Swansea. Mereka benar-benar memiliki apa yang dibutuhkan untuk terus berada di atas dan meraih sukses untuk jangka waktu panjang.(Tribunnews.com/deo)