Salomon Begondou Tewas, Pengurus Persipro Tetap Menolak Lunasi Gaji
Persipro berkilah bahwa pembayaran gaji Salomon serta dua pemain Kamerun lainnya yang pernah membela Persipro bukan tanggungan mereka
TRIBUNNEWS.COM – Kematian Salomon Begondou yang pernah membela Persipro Probolinggo, tampaknya tidak membuat pengurus Persipro tergerak melunasi gaji pemain asal Kamerun itu. Manajemen Persipro berkilah bahwa pembayaran gaji Salomon serta dua pemain Kamerun lainnya yang pernah membela Persipro di kompetisi Divisi Utama Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), bukan tanggungan mereka.
Haris Nasution yang saat itu menjabat Direktur Teknis Persipro menjelaskan, begitu ada keputusan APBD tidak boleh dipakai mendanai sepak bola profesional, maka pengurus mencari dan menggendeng pihak ketiga guna mendanai tim.
Hasilnya, Syaiful Bahri selaku pihak ketiga dari Bondowoso mau mendanai Persipro. Dalam MoU (kesepahaman) antara Persipo dan Syaiful, nama tim jadi Persipro Bondowoso United. Dan disepakati home base tetap di Probolinggo, yakni Stadion Banyuangga.
"Setelah terjadi MoU dengan pihak ketiga, pengurus dan manajemen Persipro tidak ikut cawe-cawe ngurusi lagi tim berkompetisi. Karena memang tim sudah di take over. Hanya ada kesepakatan bus sebagai tranportasi disediakan kami (Persipro)," sebut Haris Nasution kepada Surya melalui sambungan telepon, Minggu (1/12/2012).
Karena sudah ditangani pihak ketiga (Syaiful Bahri), kata Haris, semua biaya oprasional ditanggung manajemen baru. Termasuk mendatangkan dan mengontrak tiga pemain asing asal Kamerun. Selain Salomon, manajemen Persipro Bondowoso United mengambil Silla Mbamba dan Camara.
Berapa kontrak dan bagaimana kualitas tiga pemain asing sebelumnya, Haris mengaku manajemen baru yang tahu. Karena memang dirinya tidak mengetahui atau tanya. "Mbamba dan Camara juga tahu itu. Karena memang yang mendatangkan pemain asing saat tim dikelola Pak Syaful Bahri," jelas Haris.
Karena dirinya dan pengurus lama sudah tidak ikut mengelola tim saat kompetisi, lanjut Haris, maka pihaknya tidak bisa ikut bertanggung jawab soal tunggakan tiga pemain asing. "Kan bukan kami yang mendatangkan atau mengontrak, apa kami harus ikut menanggung dan membayarnya?," ucap Haris.
Kendati bukan tanggung jawabnya, Haris yang juga anggota DPRD Kota Probolinggo mengaku masih punya rasa kemanusiaan. Saat ketiga pemain asing itu melakukan aksi turun jalan meminta-minta uang di lampu merah Kota Probolinggo, ia pernah memanggil dan mengajak bicara Camara dkk.
"Saya ajak bicara dana tanya, mengapa melakukan aksi minta-minta? Dapatnya berapa dan dijawab memperoleh Rp 1 juta lebih. Kebutuhan hidupnya berapa?," cetus Haris.
Saat pamit mau pulang ke Kamerun, tutur Haris, dirinya juga memberi bantuan uang saku kepada tiga pemain Kamerun. Saat itu masing-masing pemain diberi uang saku Rp 7,5 juta - Rp 10 juta. "Saya kasih Rp 7,5 juta atau Rp 10 juta, lupa. Saat itu pamitnya mau pulang ke Kamerun, nyatanya masih tinggal di Indonesia," beber Haris.
Kendati sudah tidak berada di Probolinggo, para pemain Kamerun itu masih melakukan komunikasi telepon. Terakhir Camara mengabarkan soal meninggalnya Salomon pada Jumat (29/11/2013). "Saya ditelepon Camara dan mengabarkan Salomon meninggal," tukas Haris.
Salomon tutup usai di sebuah rumah sakit di daerah Bumi Serpong Damai, Tangerang. Dia diduga meninggal akibat sakit keras yang dideritanya. Kabarnya, Salomon sempat muntah-muntah lalu dilarikan ke rumah sakit guna mendapatkan tindakan medis.
Namun karena Salomon tidak memiliki biaya, akhirnya dirawat di rumah. Selain pernah membela Persipro Probolinggo, Salomon juga pernah tercatat memperkuat PSIS Semarang.