Argentina Butuh Pelapis Lionel Messi
Albiceleste akan mengalami masalah apabila hanya mengandalkan peraih tiga gelar FIFA Ballon d’Or Lionel Messi.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM - Timnas Argentina berhasil meraih tiket ke babak 16 besar Piala Dunia 2014. Namun, lolosnya Albiceleste sebagai wakil dari grup F dengan mendapatkan kemenangan di dua pertandingan telah menimbulkan kekhawatiran.
Ini dikarenakan hanya kapten tim Lionel Messi yang mencetak gol sejauh ini. Pemain berjuluk La Pulga, mencetak gol kedua ketika mengalahkan Timnas Bosnia-Herzegovina 2-1. Sebelum, mengantarkan timnya meraih kemenangan 1-0 atas Iran.
Bintang Barcelona telah membawa tim Tango ke fase knock-out, meskipun kekalahan atas Nigeria di partai pamungkas di Beira Rio Stadium, Rabu (25/6/2014), membuat Argentina finis di peringkat kedua grup.
Mantan pemain Argentina, Andres D’Alessandro, mengatakan Albiceleste akan mengalami masalah apabila hanya mengandalkan peraih tiga gelar FIFA Ballon d’Or tersebut.
“Paling penting adalah tidak bergantung pada dia (Lionel Messi). Argentina bergantung pada dia di laga pertama. Ketika tim bergantung pada satu pemain maka tim tersebut akan mendapat masalah di babak 16 besar,” tuturnya dilansir allsports.
Pelatih Alejandro Sabella mempunyai banyak pilihan di lini depan, Sergio Aguero (Manchester City), Rodrigo Palacio (Inter Milan), Gonzalo Higuain (Napoli), dan Ezequiel Lavezzi (Paris Saint-Germain).
Kualitas penyerang berkualitas di Eropa tersebut tentunya tidak kalah dengan Lionel Messi. Hanya kecerdasan Sabella dalam mempersiapkan taktik dan strategi yang mampu meningkatkan performa Argentina.
D’Alessandro percaya Argentina akan lebih baik di pertandingan melawan Nigeria dan melanjutkan performa terbaik di fase knock-out. Dia menilai, fase knock-out mempunyai level pertandingan yang lebih sulit daripada fase grup.
“Fase knock-out akan lebih sulit. Argentina melawan tim yang lebih sulit sehingga perlu meningkatkan kemampuan. Fase knock-out sangat berbeda,” tutur pesepakbola berusia 33 tahun.
Sejak menjadi finalis di Piala Dunia 1990 Italia, prestasi tertinggi juara dunia dua kali tersebut hanya mencapai perempatfinal di Piala Dunia 1998, 2006 dan 2010.