Derita Pelaku Sepakbola Gajah (1): Ibunda Hermawan Hanya Bisa Menangis
nasib, karier, dan masa depan sejumlah pesepakbola muda penuh bakat hancur karena skandal sepakbola gajah. Berikut liputan khusus soal mereka
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Skandal sepakbola gajah yang dipertontonkan PSS Sleman dan PSIS Semarang pada laga perempatfinal Divisi Utama PSSI, benar-benar telah menghancurkan nasib, karier, dan masa depan sejumlah pesepakbola muda penuh bakat.
Tak hanya itu, secara sosial para pemain yang terlibat dipaksa menanggung malu di lingkungannya. Baik di tengah keluarga, kerabat, tetangga, kawan sepermainan. Bahkan beberapa penggawa PSS Sleman mengaku khawatir atas masa depan anak-anaknya.
Kegelisahan, keluh kesah, dan ungkapan sedih itu terangkum dalam serangkaian wawancara Tribun Jogja dengan mereka di sejumlah tempat sepanjang pekan lalu. Orangtua pemain juga ikut nimbrung meratapi nasib dan masa depan anak-anaknya.
Hermawan Putra Jati (21) adalah salah seorang yang merasa sangat terpukul dan sakit hati atas apa yang terjadi di lapangan. Pemuda asal Desa Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, itu kini lebih banyak di rumah. Ia membantu bapak ibunya di rumahnya yang sederhana.
Saat ditemui Tribun Jogja, Hermawan didampingi ibunya, Ngatinah (44). Hermawan duduk di sofa, sedangkan ibunya duduk di lantai bersandar dinding kayu dekat pintu. Bergantian mereka bercerita, masa kecil Hermawan dan situasi terkini yang dihadapi.
Di sela obrolan, Hermawan menunjukkan sejumlah trofi penghargaan dirinya sebagai top skorer kompetisi sepakbola, serta sejumlah medali yang ia peroleh dari sejumlah pertandingan kelas yunior. Napas hidupnya memang bermain bola.
Hermawan merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Kedua adiknya yang terakhir masih duduk di bangku kelas 2 SD dan kebetulan terlahir kembar. Di keluarganya, Hermawan ikut jadi tulang punggung.
Ayahnya tukang kayu, sementara ibunya mengurus rumah dan adik-adik Hermawan yang masih kecil-kecil. "Saya sangat kecewa berat. Saking beratnya sampai tidak bisa berkata-kata. Kami hanya berdoa saja semoga semuanya dilancarkan," kata Ngatinah pasrah.
Ngatinah sangat terpukul. Sesekali ia menarik napas panjang menyadari nasib buruk menimpa anaknya. Air matanya pun tumpah. Hermawan termasuk penggawa Super Elja yang diganjar hukuman larangan bertanding seumur hidup. Tambahannya denda Rp 100 juta.(Tribunjogja.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.