TRIBUNNEWS.COM - Lini depan AS Roma pincang. Mereka baru saja meminjamkan Matia Destro ke AC Milan. Sementara Gervinho absen selama Januari ini karena membela Pantai Gading di ajang Piala  Afrika 2015. Dan Juan Iturbe mengalami cedera serius. Nasib serupa dialami Victor Ibarbo.

Yang tersisa hanya kapten Francesco Totti dan Adem Ljajic. Walhasil, mereka selalu gagal menang di empat pertandingan terakhir Liga Serie A yang dimainkan.

Menempel ketat Juventus di puncak klasemen sementara sangat sulit dilakukan. Formasi 4-3-3 yang biasa dimainkan pelatih Rudi Garcia tak efektif ketika diterapkan. Mereka kemudian tertinggal tujuh angka. Berbagai cara dan upaya dilakukan. termasuk memainkan sejumlah pemain muda usia yang bermain di Primavera.

Memainkan Daniele Verde menghadapi Cagliari di pekan 22 lanjutan Liga Serie A (8/2)  jadi semacam perjudian. Ia disandingkan bersama Totti dan Ljajic, sebagai tri penyerang yang ditugaskan mengobrak-abrik pertahanan lawan. Sejumlah kalangan kemudian bertanya-tanya mengenai langkah pelatih berkebangsaan Prancis tersebut. Apakah itu merupakan langkah yang cerdas dan brilian atau sebaliknya wujud dari rasa frustrasi?

Bukan tanpa alasan pendapat yang demikian muncul ke permukaan. Usia Verde masih sangat muda, 18 tahun. Ia belum memiliki pengalaman bermain dalam pertandingan sepenting itu. Apalagi Target Roma adalah meraih kemenangan untuk menjaga jarak dari Juventus sekaligus tetap mengikuti persaingan memperebutkan gelar juara Scudetto di akhir musim nanti.

Verde jadi solusi untuk menutup kekurangan di lini serang. Sebab, Garcia ngotot menggunakan formasi 4-3-3. Ia tak mau mengubah formasi yang sudah membuat Roma meraih kemenangan 13 kali di musim ini. Padahal, sejumlah pengamat melayangkan kritik pedas supaya Garcia kembali ke formasi awal 4-4-2. Hal itu untuk mengantisipasi kekurangan striker di lini depan.

Tetapi, Garcia tak bergeming. Ia memainkan Verde dengan harapan dapat mengakhiri hasil buruk di beberapa laga terakhir. Kontribusi Verde bagi tim senior Roma ternyata sangat mengesankan.  Ia memberikan dua asis yang membawa kemenangan Roma 2-1.

Verde lahir di Kota Napoli. Ia bergabung bersama klub lokal, Pigna Calcio. Ia bermain bukan sebagai striker. Melainkan berada di posisi bek kiri di klub tersebut. Roma kemudian menemukannya di tahun 2010. Vincenzo Montella, yang saat itu menjabat pelatih skuat muda di Roma, membentuknya sedemikian rupa. Montella merasakan bahwa Verde lebih cocok ditempatkan sebagai penyerang. Bakatnya bisa berkembang.

“Kami bukan hanya menemukan bakatnya. Saya percaya kepadanya, selain berkualitas, dia juga pekerja keras. Dia bekerja begitu keras dan memiliki rasa lapar untuk menuai kesuksesan. Dia akan pergi jauh. Dan dia perlu bermain dengan kepercayaan diri. Keadaan ini akan membantunya dalam hal itu,” ucap Garcia dikutip dari espnfc.com.

Benar saja, Verde cukup baik bermain di kedua sisi sayap. Kelebihannya tersebut memungkinkannya memiliki daya gempur luar biasa. ia bertransformasi sebagai penyerang yang cukup baik. Ia mengoleksi delapan gol untuk tim Primavera C, di kompetisi lokal. Kemudian dua gol lagi disumbangkannya di ajang UEFA Youth League. 

Sejauh ini ia sudah empat kali membela tim senior Roma. Awalnya penampilannya diragukan. Ia jarang sekali menyenptuh bola ketika menghadapi Palerm, Empoli, dan Fiorentina. Tetapi setelah itu, semuanya berubah. Verde menunjukkan dirinya bisa menambal kekurangan di lini depan I Lupi. (Tribunnews/wil)