Banyak Pihak Merugi Atas Penundaan Kick-Off LSI, CEO Arema: Apa Menpora Mikir Sampai ke Situ?
CEO Arema Cronus, Iwan Budianto, mengecam Menpora, Imam Nahrawi, serta BOPI yang memutuskan menunda kick-off ISL 2015.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Surya Malang, Haorrahman
TRIBUNNEWS.COM, KLOJEN – CEO Arema Cronus, Iwan Budianto, mengecam Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Imam Nahrawi, serta Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), yang memutuskan menunda kick-off ISL 2015.
Menurut Iwan, penundaan tersebut merugikan banyak pihak. Bukan hanya klub saja yang merugi, tapi juga semua elemen yang berpartisipasi dalam pertandingan ISL.
"Menpora dan BOPI jangan bangga berhasil menunda ISL. Karena justru ini sebuah kerugian yang dampaknya luar biasa," kata Iwan, dalam rilis resmi manajemen, , Kamis (19/2/2015).
Manajemen Arema Cronus mengklaim mengalami rugi dari banyak sisi. Mulai batal mendapatkan pemasukan dari tiket pertandingan lebih awal, hingga pemasukan dari sponsorship.
"Klub dirugikan itu sudah pasti. Sponsor pun akan berteriak. Karena mereka sudah menyusun jadwal juga untuk promosi," kata Iwan.
Mantan manajer Persik Kediri yang pernah ikut dalam pertarungan Wali Kota Kediri itu juga mengatakan, penjual kaki lima, tukang parkir di stadion, dan orang yang mencari nafkah di pertandingan home Arema Cronus, juga akan terkena imbasnya.
Ini dikarenakan, sejak jauh-jauh hari mereka berharap dapat penghasilan di pertandingan perdana yang rencananya akan digelar pada 21 Februari 2015.
"Apa Menpora dan BOPI berpikir sampai situ?" kata Iwan.
Iwan mengatakan, klub sangat berharap Menpora bisa membantu klub lewat aturan yang mendukung.
"Menteri Kelautan memberikan banyak kemudahan kepada nelayan agar lebih cepat sejahtera. Begitu juga menteri yang lain. Harusnya Menpora juga memberikan kemudahan kepada klub sepakbola," jelas Iwan.
Namun dengan keputusan menunda ISL hingga dua minggu ke depan, justru akan mempersulit pemasukan klub dengan menunda kompetisi. Bahkan Iwan berharap agar Menpora dan BOPI, terjun langsung ke klub untuk terlibat bagaimana susahnya mengelola klub sepakbola.
"Menpora kan punya banyak staf. Bagi saja mereka ke 18 klub ISL. Biar tahu juga secara langsung mengelola klub. Kalau memang klub belum bagus manajemennya, itu dibenahi sambil kompetisi berjalan," tegas Iwan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.