Joey Barton, Si Bengal Pemberi Harapan
Tindakan kontroversialnya memang nyaris tak dimaafkan sebagian orang. Tapi bagi timku, dia seorang pemimpin yang berani membela kepentingan tim
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Aura Joey Barton sudah melegenda sebagai si tukang pembuat onar alias The Bad Boy. Total, sudah delapan kartu merah diterima pemain yang mengawali karier di Manchester City ini. Angka itu belum termasuk dengan hukuman alias sanksi larangan bermain.
Namun, di luar aneka tindakan kontroversinya, terselip kemampuan istimewa yang memang diakui banyak pihak. Kualitas individu di lapangan juga menjadi patron tersendiri. Kebengalan Barton diimbangi kemampuan untuk menjaga ritme permainan di rumput hijau.
Hal itu terbukti kala membawa timnya, Queens Park Rangers (QPR) menekuk tuan rumah West Bromwich Albion dengan skor 4-1, Sabtu (4/4). Satu gol dilesakkannya pada menit ke-5 injury time babak kedua. Gol itu seolah menahbiskan kualitas permainan yang ditunjukkan Barton sejak awal masuk ke lapangan.
Golnya tersebut melengkapi tiga gol sebelumnya yang dicetak Eduardo Vargas pada menit ke15, striker Charlie Austin (37') dan Bobby Zamora (43').
Satu-satunya gol balasan tuan rumah lahir pada menit ke-58 melalui Victor Anichebe Aksi dan gol Barton, sekaligus menuai tiga angka, memberi momen krusial bagi QPR.
Kini, mereka terus mendekat beberapa tim yang berada di atas mereka, seperti Sunderland, Aston Villa dan Hull City. Koleksi angka QPR (25 poin) memang tak beda jauh dengan ketiga klub tersebut, yakni satu poin (Sunderlan) serta tiga angka (Hull City dan Aston Villa).
Bagi Barton, golnya tersebut sekaligus menjadi pembuktian kalau dirinya tak hanya gemar membuat onar. Maklum, sejarah Premier League mencatat Barton sebagai satu di antara pemain yang mendapat skorsing atau larangan tampil terlama. Bahkan, di atas legenda Manchester United, Eric Cantona.
Barton pernah mendapat larangan tampil dalam 12 pertandingan. Hal itu terjadi ssetelah menerima kartu merah karena menyikut Carlos Tevez, beberapa musim lalu.
Barton terbukti bersalah menendang Sergio Aguero dan menanduk Vincent Company. Dua serangan setelah kartu merah ini menambah sanksi Barton menjadi 12 Laga.
Aksi tak terpuji lain dilakukan Barton kala berkelahi dengan Ousmane Dabo. Akibat perkelahian itu, Dabo sampai mengalami luka serius di bagian bawah matanya yang membengkak.
Lalu, Barton juga pernah menghajar Morten Gamst Pedersen. Gara-garanya sepele, Barton yang kala itu berseragam Newcastle United, hanya bersenggolan saja dengan Padersen, namun malah tak terima.
Contoh lain, Barton menerjang Dickson Etuhu. Bermula ketika terjadi perebutan bola antara Barton dan Etuhu. Etuhu yang hendak merebut bola tiba-tiba mendapat tendangan di daerah kemaluan. Sempat terlibat cekcok antar kedua pemain. Namun tak sampai ke dalam sebuah perkelahian.
Barton sendiri merasa senang dengan penampilan rekan-rekannya yang sangat bersemangat. "Kami sangat sensasional, dan itu memberi sinyal kalau tim akan bisa melewati masa krisis. Kini, di kepala kami hanya berisi kemenangan dan kemenangan. Sunderland, Hull dan Villa akan kami kejar, dan tim finis di posisi 12 besar," tegas Barton.
Manajer QPR, Chris Ramsey mengakui, sosok Barton terkadang menimbulkan masalah rumit, baik di lapangan maupun kala berlatih bersama rekan-rekannya. Faktor pengalaman dan kemampuan sebagai penyemangat, menjadikan Barton tak ingin dilepas begitu saja.
"Tindakan kontroversialnya memang nyaris tak dimaafkan sebagian orang. Tapi bagi timku, dia seorang pemimpin yang berani membela kepentingan timnya di lapangan," tegas Chris Ramsey.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.