Erwin Persembahkan Sertifikat dari Manchester United Untuk Sang Kakak
Erwin merupakan satu dari 11 pesepakbola muda Indonesia yang terpilih untuk mengikuti pelatihan di Manchester.
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Deodatus Pradipto/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER – Hanya satu oleh-oleh dari Manchester, Inggris, yang ingin diberikan Erwin Prasetyo, peserta CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015, untuk kakaknya. Oleh-oleh itu adalah sertifikat pelatihan dari Manchester United Soccer School.
Erwin merupakan satu dari 11 pesepakbola muda Indonesia yang terpilih untuk mengikuti pelatihan di Manchester. Pemuda asal Tulungagung itu mengantarkan SSB Mahaputra, Malang menjuarai province round CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015.
Perjuangan bungsu dari dua bersaudara itu untuk mencapai Manchester tidak mudah. Sewaktu duduk di sekolah dasar, Erwin sempat dilarang oleh kedua orangtuanya bergabung dengan sekolah sepak bola. Alasannya takut mengganggu fokus Erwin di sekolah.
Sikap sang kakak, Roni Setiawan, justru berbeda dengan kedua orangtuanya. Sama-sama menyukai sepak bola, Robi menyatakan dukungannya kepada Erwin untuk bergabung dengan SSB. Kegigihan sang kakak sukses membuat luluh hati kedua orangtua Erwin.
Erwin akhirnya bergabung dengan SSB Naga Mas Asri sejak kelas 2 sekolah dasar. Namun demikian, sikap kedua orangtuanya masih teguh, tidak rela anaknya membagi fokus pendidikan dengan sepak bola. Erwin bahkan pernah vakum dari sepak bola selama dua tahun karena tidak mendapatkan restu dari orangtua.
“Saya pernah sampai nangis-nangis untuk dapat izin ikut turnamen,” ungkap Erwin kepada Tribunnews.com.
Semua berubah ketika Erwin berhasil mengantarkan Naga Mas Asri menjuarai sebuah kompetisi lokal di Kediri pada 2012. Sepanjang turnamen, Erwin yang sebenarnya berposisi sebagai bek tengah mampu mengukir empat gol.
Kesuksesan itu membuat kedua orangtua Erwin luluh dan mendukung kegiatannya di sepak bola. Mereka kemudian berbalik mendukung kegiatan Erwin di sepak bola. Sejak itu kedua orangutan selalu mengikuti ke mana saja Erwin mengikuti turnamen. Sebelumnya tidak pernah. “Hanya dua tahun mereka melihat saya di sepak bola,” kata Erwin.
“Sebenarnya saya kangen momen-momen ketika orang tua saya tidak mendukung saya di sepak bola. Diajak melihat saya bertanding saya mereka tidak mau karena berpikir sepak bola olahraga yang tidak jelas masa depannya,” imbuh Erwin.
Sepeninggal kedua orangtuanya, pergumulan Erwin semakin berat. Dia mengaku kerap merasa iri melihat teman-temannya mendapatkan dukungan langsung dari para orangtua. Rasa iri ini semakin besar ketika bertanding. Ketika teman-temannya diantar dan ditonton oleh orangtua, Erwin hanya seorang diri.
Roni sanggup menggantikan ketidakhadiran kedua orangtua Erwin. Meski bertugas sebagai anggota TNI di Surabaya, Robi terus memperhatikan dan memantau aktivitas Erwin. Roni membangunkan sebuah toko olahraga di rumah. Erwin menjaga toko itu seorang diri selepas pulang sekolah sampai malam. Roni juga terus memantau aktivitas Erwin di sepak bola. Rni pun merasa sangat senang ketika mendapat kabar dari Erwin bahwa dia terpilih untuk mendapatkan pelatihan dari Manchester United Soccer School di Manchester, Inggris.
“Tidak sia-sia hidup sendiri di rumah, bisa menunjukkan kepada orang-orang bahwa aku bisa. Banyak tetangga yang iri sama saya. Tunjukkan kepada orang lain bahwa kita bisa meski tanpa orangtua,” tutur Erwin soal apa yang diutarakan Roni kepada dirinya.
Bagi Erwin, Roni sangat berarti, terutama sejak kedua orangtuanya meninggal dunia. Roni yang menanggung biaya hidup Erwin sejak saat itu. Erwin pun ingin membalas budi kepada Roni suatu hari nanti setelah sukses.
“Tanpa kakak, saya tidak akan ada di sini. Dia sangat mendukung saya di sepak bola,” ungkap Erwin sambil berusaha menahan air matanya.
Erwin kemudian tidak mampu menahan air matanya setelah melontarkan kalimat itu. Selama beberapa menit air matanya terus mengucur. “Dia segalanya untuk saya,” kata Erwin kemudian.
Pemuda kelahiran 20 April 1997 itu tidak ingin membawa bermacam oleh-oleh untuk Roni. Kata Erwin, Roni hanya meminta dibawakan sertifikat pelatihan yang dia ikuti.
“Saya ingin menjadi pemain profesional, supaya tidak sia-sia latihan saya. Saya sudah mengorbankan segalanya untuk sepak bola,” harap Erwin.
Kedua tangan Erwin pernah patah akibat bertanding sepak bola. Erwin juga harus beberapa kali meninggalkan kewajiban di sekolahnya demi sepak bola. Bagi Erwin, percuma bagi dirinya jika tidak membawa apapun dari Manchester.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.