Semen Padang Gamang Tentukan Arah Tim
Semen Padang belum memutuskan kebijakan dari manajemen apakah akan tetap mengontrak atau memberikan gaji sebesar 20 persen selama kompetisi berhenti.
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Terhentinya kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) membuat manajemen Semen Padang (SP) FC gamang menentukan arah timnya.
Direktur Teknik Semen Padang, Asdian mengatakan, pihaknya belum memutuskan kebijakan dari manajemen apakah akan tetap mengontrak atau memberikan gaji sebesar 20 persen selama kompetisi berhenti. SP juga belum menentukan sikap apakah akan bersedia ikut serta dalam kompetisi yang rencananya akan digelar oleh Menpora.
"Rencananya kami akan melakukan rapat internal sebelum bulan Ramadhan untuk menentukan apakah seluruh kontrak dihentikan termasuk untuk pemberian 20 gaji atau tidak. Karena jika tidak ada kompetisi seperti ini, biaya yang dikeluarkan manajemen untuk membayar itu sia-sia," kata Asdian kepada Harian Super Ball, Minggu (7/6/2015).
Rapat manajemen itu juga untuk menentukan apakah tim berjuluk Kabau Sirah itu akan bergabung dengan kompetisi yang digelar oleh Menpora.
"Pada prinsipnya kami memang membutuhkan pertandingan yang digelar dalam suatu kompetisi. Tetapi kompetisi yang kami inginkan adalah kompetisi resmi dengan jenjang karir prestasi yang jelas. Sehingga kami bisa berpeluang ke AFC Cup," ujar Asdian.
Jika kompetisi yang akan digelar oleh Menpora tidak menjamin klub bisa meningkat ke kompetisi internasional, seperti AFC Cup, tentunya justru akan merugikan klub.
"Untuk mengikuti kompetisi seperti itu, kami akan rugi, karena sudah mengeluarkan dana banyak tetapi tidak ada harapan untuk tampil di kompetisi internasional. Padahal sebenarnya semua klub menginginkan itu," jelas Asdian.
Oleh karena itu, Asdian berharap Menpora dan PSSI bisa duduk bersama agar bisa menggelar kompetisi resmi yang diakui oleh FIFA. Dengan demikian, nasib pemain, pelatih, dan klub bisa terselamatkan.
"Kalau begini terus, kami selaku pengelola klub juga bingung untuk melanjutkan atau menghentikan sementara aktivitas tim. Satu-satunya jalan keluar adalah Menpora dan PSSI harus duduk bersama untuk memberikan kepastian waktu digelarnya kompetisi resmi," ucap Asdian.
Jika Menpora dan PSSI bisa berdamai dan bisa kembali melaksanakan kompetisi yang resmi, maka tidak hanya menghidupkan kembali sepakbola nasional tetapi juga bisa menarik kembali sanksi dari FIFA.
"Kalau sudah berdamai, berarti pembekuan terhadap PSSI pasti akan dicabut dan masalah lain (PTUN) bisa diselesaikan dengan baik. Dengan demikian prestasi tim atau pemain bisa kembali terangkat," terang Asdian.
Asdian menambahkan, Menpora bisa saja melakukan kerjasama dengan PSSI untuk memperbaiki sepakbola di Tanah Air.
"Kerjasama memang perlu dilakukan untuk sama-sama meningkatkan prestasi sepakbola kita. Jangan lagi mengedepankan ego masing-masing, karena efek dari itu sangat luas bagi kita. Pelaku sepakbola jadi tidak mendapatkan penghasilan, klub vakum, dan sepakbola kita tidak bisa maju seperti yang diinginkan semua orang," tambah Asdian.
Asdian memaparkan akibat terhentinya kompetisi, pihak sponsor SP mengancam meminta ganti rugi.
"Seperti Mizuno yang meminta ganti rugi karena sudah memberikan bahan untuk seragam latihan dan bertanding pemain tetapi tidak kunjung digunakan. Akhirnya kami yakinkan bahwa bahan dari mereka itu akan tetap digunakan jika kompetis digelar tanpa merubah kontrak sebelumnya," papar Asdian.
Sponsor lain, seperti Extra Joss juga meminta kejelasan kompetisi.
"Extra Joss sudah menghentikan pemberian dana termin untuk gaji pemain dan tim pelatih setiap bulannya. Seluruh dana sponsor akan kembali dibayarkan jika kompetisi kembali digelar. Jadi untuk Extra Joss kami tidak merubah kontrak tetapi akan tetap menggunakan kontrak lama untuk kompetisi nanti," tutur Asdian.