Cristian Carasco Main Tarkan untuk Sambung Hidup di Indonesia
Saya bermain pindah-pindah. Kemarin di Bogor, Bekasi, dan Tanggerang. Kalau tidak salah ada lagi di Makassar
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua pemain Amerika Latin, Gaston Castano dan Cristian Carrasco, mengalami kesulitan ekonomi lantaran kevakuman seluruh kompetisi sepak bola di Indonesia.
Mereka pun coba mencari alternatif penghasilan. Castano mengandalkan coaching clinic, sedangkan Carraco bermain tarkam.
Seperti diketahui, kompetisi Indonesia Super League (ISL) dihentikan sejak 2 Mei 2015 karena Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) merasa tak mendapat dukungan dari pemerintah.
PSSI sempat berencana menggelar turnamen pramusim, tapi gagal karena tak mendapat rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Tak ayal, klub-klub ISL diperkenankan memutus kontrak seluruh pemain dan membayar kompensasi 25 persen dari total kesepakatan.
Kondisi ini memaksa Carrasco mencari penghasilan lain.
"Saya isi waktu kosong dengan kegiatan seperti coaching clinic. Kadang di SSB atau tempat lain, tergantung manajemen. Saya kadang ikut acara bola," ungkap Castano saat ditemui di sebuah kafe di Kemang, Jakarta, Selasa (9/6/2015) dalam acara media gathering Kompas TV untuk Copa America 2015.
Dari berbagai kegiatan tersebut, Castano mengaku hanya mendapatkan 20 hingga 25 persen dari pemasukan gajinya dari klub.
"Tidak apa-apa untuk sementara," tambahnya.
Beda hal dengan Carrasco. Sejak diputus kontrak oleh Persita Tanggerang, pesepak bola berusia 36 tahun ini harus rela bermain tarkam.
"Saya bermain pindah-pindah. Kemarin di Bogor, Bekasi, dan Tanggerang. Kalau tidak salah ada lagi di Makassar," kata Carrasco.
Carrasco sendiri tak bisa memprediksi angka yang didapatkannya. Sebab, jumlah pertandingan yang dijalaninya dalam kurun waktu tertentu juga tak pasti.