Tiga Klub Asal Yogya Kompak Tidak Ikut Piala Kemerdekaan
"Tidak ada jaminan juga bahwa tidak ada masalah di belakang nantinya, kita ambil aman saja,"
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Tiga tim profesional asal DIY yaitu PSIM Yogyakarta, Persiba Bantul dan PSS Sleman akhirnya memilih tidak berpartisipasi dalam Piala Kemerdekaan. Ketidakjelasan regulasi serta sistem pertandingan menjadi alasan mendasar mengapa mereka memilih absen dalam pertandingan yang rencananya digelar pada akhir Juli nanti.
PSIM menjadi tim yang memang sedari awal kurang antusias dengan undangan keikutsertaan di Piala Kemerdekaan tersebut. Pandangan Agung Damar selaku Manajer PSIM, regulasi pertandingan tidak jelas.
"Tidak ada jaminan juga bahwa tidak ada masalah di belakang nantinya, kita ambil aman saja," kata Agung, Rabu (24/6/2015).
Sementara dua saudara muda PSIM sesama tim DIY, yaitu Persiba Bantul dan PSS Sleman, akhirnya juga memilih tidak berpartisipasi dalam Piala Kemerdekaan tersebut. Padahal keduanya sempat memberikan sinyal untuk berpartisipasi demi menjaga kondisi para pemain mereka musim kompetisi kemarin.
Manajer Persiba, Endro Sulastomo menegaskan bahwa setelah dilakukan pertemuan dengan pengurus tik akhirnya diputuskan bahwa Persiba tidak berpartisipasi.
“Sudah resmi kami tidak jadi ikut, selain tim sudah dibubarkan, ada beberapa faktor lain yang membuat kita batal berpartisipasi," kata Endro.
Salah satu faktor tersebut adalah tidak adanya restu dari Idham Samawi selaku Ketua Umum (Ketum) Persiba. Ditambah lagi, masa tenggang untuk Persiba memberikan jawaban cukup mepet yaitu pada Kamis (25/6/2015) hari ini. Sementara kebutuhan tim untuk berpartisipasi tidak bisa dipenuhi dalam waktu singkat.
Sementara pihak pengurus PSS yang diwakili oleh Sukoco selaku Manajer tim juga memilih untuk tidak berpartisipasi dalam Piala Kemerdekaan yang sebelumnya ditawarkan kepada mereka. Ada beberapa hal yang membuat Sukoco memilih tidak membawa PSS dalam Piala Kemerdekaan salah satunya permasalahan teknis pertandingan.
Menurut Sukoco, ada beberapa regulasi dalam Piala Kemerdekaan yang dianggap janggal dan berpotensi menimbulkan masalah lain nantinya.
"Beberapa aturan tidak mengacu pada statuta FIFA tapi malah mengacu pada Undang-Undang yang berlaku di Indonesia, "kata Sukoco.