Momentum Casillas Membalas Kritikan Mourinho
“Liga Champions merupakan tujuan besar kami. Kami berharap bisa melewati kompetisi ini dengan baik”
Penulis: Willem Jonata
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Iker Casillas jadi pemain yang paling disorot di laga FC Porto kontra Chelsea dalam lanjutan Liga Champions di Stadion Do Dragao, Rabu, (30/9) dini hari.
Bukan hanya kerena Casillas menyamai rekor Xavi Hernandes sebagai pemain yang paling banyak tampil di Liga Champions, tapi juga kerena untuk kali pertama ia akan bertemu dengan Mourinho.
Mourinho pelatih yang membuatnya sering duduk di bangkucadangan ketika sama-sama masih membela Real Madrid di musim 2012/2013.
Saat itu Casillas kehilangan posisinya sebagai kiper utama. Mou lebih suka menurunkan Keylor Navas di bawah mistar gawang tim ibu kota Spanyol tersebut.
Dalam semusim ia hanya bermain sebanyak 19 kali di La Liga. Padahal di musim-musim sebelumnya ia nyaris tak pernah absen di lapangan.
Ini bermula saat partai kontra Malaga, Desember 2012 silam dimana Mou menyimpan Casilla di bangku cadangan. Untuk diketahui, Itu adalah kali pertama sejak tahun 2002 Casillas duduk di bangku cadangan Madrid.
Puncak perseteruan keduanya terjadi saat Mourinho memboyong Diego Lopez dari Sevilla, Januari 2013. Sejak saat itu, Casillas terus duduk manis di bangku cadangan Madrid terutama saat El Real melakoni partai Liga Spanyol.
Mourinho sendiri berdalih, tindakannya itu sudah tepat. Menurutnya, tidak ada pemain yang seharusnya diistimewakan di Madrid.
"Pemain saya suka diperlakukan sama. Mereka ingin pelatih yang melatih dengan kepalanya, jika itu terjadi, maka tidak ada masalah. Masalah ada ketika seseorang merasa dia ada di atas yang lain," kata Mourinho
Yang menyakitkan, Mou menuduhnya sebagai pemain yang tak profesional karena tak mau ikut dalam sesi latihan. Kemudian dianggap lebih mementingkan timnas ketimbang Madrid.
Casillas berujar kepada Deportes Cuatro seperti dikutip goal.com, bahwa saat itu dirinya merasa diasingkan dari rekan setimnya. Para fan juga tak jarang mencibirnya tatkala Madrid gagal menuai kemenangan.
Apalagi kalau sampai kalah di pertandingan. Ia membayangkan keadaan itu membuat orang-orang lupa tentang sepak terjangnya di bawah mistar gawang Madrid sejak berkiprah selama 16 musim.
Padahal, ia adalah kiper sekaligus kapten tim dan menjadi kunci sukses Madrid dengan mempersembahkan lima gelar La Liga, tiga gelar juara Champions, dan dua gelar Copa Del Rey.
Kontribusinya begitu besar sehingga Madrid tercatat sebagai klub besar dengan tradisi juara. Tapi itu ternyata belum cukup buat fans.
Bukan tidak mungkin ada aroma balas dendam dalam benak Casillas ketika bertemu Mou yang kini berstatus sebagai pelatih Chelsea.
Setidaknya, pemain berusia 34 tahun itu, membuktikan kapasitasnya di hadapan Mou bahwa keputusan dan tuduhannya saat itu sama sekali tidak beralasan. Namun, buat Casillas hal itu tak lebih penting ketimbang prestasi Porto di ajang tersebut.
“Liga Champions merupakan tujuan besar kami. Kami berharap bisa melewati kompetisi ini dengan baik” ucapnya dikutip espnfc.com.
Ia berharap Porto dapat melangkah sejauh mungkin. Bahkan kalau bisa sampai ke babak final. Dan ia membayangkan suatu saat nanti Porto bertemu Madrid di laga final.
Di Porto, Casillas berhasil membuktikan diri sebagai salah satu pilar penting. Ia misalnya sukses menjadi salah satu aktor utama kemenangan timnya di laga el Classico pertamanya di Portugal menghadapi Benfica dua pekan lalu.
Casillas melakukan sejumlah penyelamatan penting dan menang dengan skor 1-0. Salah satunya dengan menyelamatkan bola dari sundulan Konstantinos Mitroglou di babak pertama, dan bola sundulan Luisao di babak kedua.