Kisah Gol Kurniawan ke Gawang Persija yang Dianulir
Pengalaman pahit yang mengganjal itu pun perlahan sirna. Keputusan kontroversial itu kini hanya dianggap sebagai warna dari sebuah pertandingan
Penulis: Jun Mahares
Editor: Dewi Pratiwi
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Di balik gelar juara Liga Indonesia 2001 yang secara resmi direngkuh Persija Jakarta, ada cerita gundah yang masih tertanam di benak Kurniawan Dwi Yulianto, striker PSM Makassar.
Final yang mempertemukan Persija kontra PSM Makassar berjalan dramatis. Kendati tim ibu kota sempat unggul (3-0) melalui gol yang diciptakan Imran Nahumury (3') dan Bambang Pamungkas di menit ke-43 dan 46, namun tim berjulukan Juku Eja masih mengancam untuk menggagalkan kemenangan yang sudah di depan mata.
PSM perlahan mampu mengejar ketertinggalan mereka. Gol balasan pertama diciptakan Miro Baldo Bento pada menit ke-63 melalui titik putih sekaligus mengubah skor 1-3.
Pada menit ke-73 Kurniawan sebenarnya berhasil membobol gawang Persija. Ia sukses memanfaatkan bola muntah hasil sepakan keras Bento yang tidak mampu diantisipasi penjaga gawang Mbeng Jean.
Namun, gol tersebut dianulir wasit Aris Munandar karena Kurus, julukan Kurniawan, dianggap berada dalam posisi offside.
Keputusan ini yang sempat diptotes keras Kurniawan dan kapten PSM Carlos De Mello. Namun, mereka akhirnya pasrah dan terus melanjutkan pertandingan.
Baru menit ke-77, Kurniawan benar-benar mencetak gol kedua PSM untuk memperkecil ketinggalan menjadi 2-3 melalui sepakan tajam dan terukur ke sisi kiri gawang Mbeng Jean.
Gol tersebut melecut motivasi pemain PSM untuk mengambil inisiatif menyerang hingga detik terakhir. Namun, upaya anak-anak Makassar tak membuahkan hasil hingga peluit panjang dibunyikan.
"Masih mengganjal dalam ingatan saya sampai saat ini (gol yang dianulir). Itu kontroversial karena kata wasit, sebelum ditendang saya sudah berada pada posisi offside saat menendang bola rebound. Tapi saya merasa bahwa sebelum bola ditendang, saya masih onside," ungkap Kurniawan.
Pengalaman pahit yang mengganjal itu pun perlahan sirna. Keputusan kontroversial itu kini hanya dianggap sebagai warna dari sebuah pertandingan.
Apapun yang terjadi, pemain harus menghargai keputusan mutlak yang dikeluarkan sang pengadil lapangan hijau
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.