Marco Verratti, Tolak Barcelona Demi Jadi Legenda PSG
Marco Verratti adalah bekas bocah ajaib yang mencoba menapaki karier menjadi pemain kelas dunia.
Laporan Wartawan Tabloid Bola Anggun Pratama
TRIBUNNEWS.COM, PERANCIS - Marco Verratti adalah bekas bocah ajaib yang mencoba menapaki karier menjadi pemain kelas dunia. Setelah melesat bersama Pescara, terutama di musim 20011/12, ia lantas hijrah ke PSG di musim panas 2012.
Bersama PSG, ia perlahan menjadi andalan dan nyawa di lini tengah tim. Padahal usianya baru 23 tahun.
Kepercayaan besar dari PSG terlihat dari panjangnya durasi masa kerja sama yang ditawarkan klub dalam proses perpanjangan kontrak, yakni hingga Juni 2020.
Kontrak pemain yang disebut-sebut sebagai the next Pirlo karena kemiripan kemampuan bermainnya itu kini berlaku hingga Juni 2019.
Kendati masih punya kontrak panjang, Verratti tak kehilangan peminat. Barcelona, Real Madrid, Bayern Muenchen, sampai Chelsea merupakan sejumlah tim yang berniat membelinya.
"Apakah ia bisa pergi dengan harga 30 juta euro? Mungkin klub hanya akan mendapat salad sebagai makanan pembuka. PSG telah memberikan banderol yang sama dengan Juve buat Paul Pogba. Angka itu tidak kurang dari 70 juta euro (1,04 triliun rupiah)," ucap agen sang pemain, Donato Di Campli kepadaSport Mediaset.
Verratti pun mengaku enggan berganti kostum. Ia merasa perpindahan itu akan mengusik kenyamanannya.
"Saya tak suka berganti tim, terlebih saya tak mengalami masalah apapun di PSG. Butuh banyak hal agar membuat saya pergi, namun saya tetap memilih bertahan," kata Verratti di L'Equipe 21.
"Apakah saya bakal mengenakan kostum ini hingga usia 35 tahun? Bila klub memiliki ambisi yang sama dan meminta saya bertahan, jawabannya adalah iya," ujarnya lagi.
Hal lain yang membuatnya makin malas pergi adalah keberadaan pelatih Laurent Blanc. Verratti merasa Blanc memberikan kepercayaan besar pada dirinya buat melakukan "kesalahan".
Maklum, gaya bermainnya terlalu berani. Ia senang menguasai bola di depan kotak penaltinya sendiri buat membangun serangan.
"Itulah cara saya bermain. Saya tak bisa menggantinya. Bila ada pelatih yang tak suka, ia bisa mencari pemain lain. Saya memang masih bisa berkembang dan terus belajar kapan harus mengambil risiko atau tidak, tetapi saya tak bisa mengubah gaya bermain," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.