Sepi Penonton di Kanjuruhan, Arema Cronus Pindah ke Gajayana
Manajemen Arema Cronus juga sudah mendapat sinyal positif dari PT GTS selaku pembuat keputusan, bisa tidaknya laga digelar di Gajayana.
Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Setelah beberapa kali mendapati angka kehadiran penonton di stadion Kanjuruhan yang minim, manajemen Arema Cronus akhirnya mencoba menggelar pertandingan kompetisi ISC A di Stadion Gajayana, Kota Malang.
Manajemen Arema mengupayakan menggelar pertandingan terdekat, melawan Mitra Kukar yang dijadwalkan pada 30 September 2016 di Stadion Gajayana yang berada di tengah kota Malang.
Upaya pemindahan venue ini diyakini bisa terlaksana meskipun fasilitas Stadion Gajayana tidak lebih baik dari Stadion Kanjuruhandi Kabupaten Malang.
Upaya pemindahan lokasi atau venue laga Arema Cronus vs Mitra Kukar sudah dilakukan manajemen Arema Cronus melalui pembicaraan dengan Pemkot Malang selaku pengelola Stadion Gajayana dan PT GTS sebagai operator kompetisi ISC A.
Media Officer Arema Cronus, Sudarmaji menyatakan pihaknya sudah berkomunikasi langsung dengan Wali Kota Malang, M Anton.
"Tadi kami sudah ditemui Wali Kota, terimakasih. Abah Anton memberi respon yang luar biasa dan perintahkan segera berbenah karena waktunya mepet," ujar Sudarmaji pada SURYAMALANG.COM, Jumat (23/9/2016).
Manajemen Arema Cronus juga sudah mendapat sinyal positif dari PT GTS selaku pembuat keputusan, bisa tidaknya laga digelar di Gajayana.
General Manager Arema Cronus, Ruddy Widodo mengatakan pembicaraan terkait kepindahan venue pertandingan sudah disampaikan secara langsung pada Direktur PT GTS, Joko Driyono.
"Saya sudah sampaikan ke Pak Jokdri, kami juga sudah menyampaikan surat pengajuan," ujar Ruddy.
Apa yang diupayakan manajemen Arema Cronus saat ini sebenarnya bertolak belakang dari sikap mereka bulan lalu.
Di saat mendapat tawaran bermain di Gajayana di perayaan Ulang tahun ke 29 Arema, Manajemen Arema saat itu menyebut fasilitas di Stadion Gajayana tidak memenuhi persyaratan minimal yang diatur dalam regulasi kompetisi ISC A.
Beberapa tolak ukur yang saat itu dinilai sulit memenuhi tuntutan regulasi adalah kondisi rumput lapangan, lampu stadion, fasilitas dan akses bagi pemain kedua tim.(*)