TRIBUNNEWS.COM - Pelatih Argentina, Edgardo Bauza sedang briefing dengan para pemain di hotel Sun di Santa Cruz de la Sierra, Bolivia, ketika kabar buruk dari FIFA itu datang.

Tak ada gelagat sebelumnya. Para pemain tim Tango sangat antusias bisa mengalahkan tuan rumah Bolivia dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018 di Stadion Hernando Siles, La Paz, Rabu (28/3) dini hari.

Namun kabar buruk yang datang enam jam sebelum berlaga itu benar-benar menjatuhkan mental pasukan: sang kapten Lionel Messi dihukum empat laga, termasuk dilarang bermain melawan Bolivia.

Penyerang Barcelona ini terbukti telah menghina asisten wasit asal Brasil, Emerson de Carvalho saat tim Tango mengalahkan Cile, Jumat (24/3) lalu.

Media Spanyol, La Vangurdia mendeskripsikan suasana di ruang rapat setelah kabar buruk itu datang: Pelatih Bauza langsung terhenyak, para pemain hanya bisa saling memandang, sedang Messi tertunduk sembari menggeleng-geleng kepala. Ruangan mendadak hening. Sangat hening seperti di kuburan.

Sebab Messi bagi tim Argentina memang bukan sekadar kapten, bukan pula sekadar penyerang. Alih-alih ia adalah motor yang bisa menentukan hasil akhir pertandingan. Dihukum empat partai, berarti ia hanya kebagian bermain lagi di laga terakhir kualifikasi kontra Ekuador pada 10 November mendatang.

Dan itu sungguh menjadi petaka mengingat Tango saat ini berada di posisi kelima klasemen sementara dengan 22 poin. Di posisi empat ada Cile, dan di posisi tiga Uruguay, masing-masing terpaut satu poin. Hanya empat tim teratas yang mendapat tiket langsung ke Rusia.

Posisi lima harus melalui babak playoff melawan wakil dari benua lain. Namun, posisi lima pun belum aman karena Ekuador mengancam di posisi enam dengan 20 poin, dan Paraguay serta Peru dengan 18 poin.

Dampak absennya Messi langsung terasa, terbukti ketika Argentina dipukul Bolivia 0-2 di La Paz, kemarin. Ditambah dengan tekanan udara yang tipis di ketinggian 3.600 meter, para pemain runner-up Piala Dunia 2014 ini seperti bermain tanpa arah.

Situasi ini dimanfaatkan tuan rumah.  Mereka memetik gol pertama  pada menit ke-31. Bermula dari umpan lambung Pablo Escobar ke kotak penalti, Juan Carlos Arce dengan tenang menanduk bola untuk menggetarkan jala gawang Sergio Romero. Gol kedua tercipta menit  ke-52 lewat sepakan jarak dekat Marcelo Moreno Martins.

Kekalahan ini sekali lagi membuktikan betapa tingginya ketergantungan tim Tango kepada Messi. Bersama sang kapten, La Albiceleste mengemas rekor nyaris sempurna di kualifikasi ini dengan memenangi lima dari enam partai. Kekalahan 0-3 dari Brasil menjadi satu-satunya noda saat Messi bermain untuk tim.

Namun, tanpa sang kapten, Argentina ibarat ayam kehilangan induknya. Dari tujuh kali bermain minus Messi di kualifikasi ini, tim Tango  hanya sekali menang yakni melawan Kolombia pada 2015 lalu.  Argentina  hanya mampu meraup tujuh poin dari 21 poin maksimal, dengan hanya mencetak enam gol, dan kebobolan delapan gol.

Itu menjadi ilustrasi untuk memprediksi apa yang akan terjadi di tiga laga selanjutnya Argentina tanpa Messi, dimana mereka akan menyambangi Uruguay (31/8), dan menjamu Venezuela (5/9), serta Peru (5/10). Gambaran yang sepertinya mencemaskan. Bayang-bayang kekhawatiran Argentina untuk pertama-kali tak ikut Piala Dunia sejak 1970 pun mulai menyeruak.

Karenanya, kubu Argentina segera mengajukan banding ke FIFA.  Mereka berusaha meyakini bisa mengurangi masa hukuman untuk Messi. "Kami pikir ia akan tetap main. Ia hanya mengumpat, dan FIFA tak punya argumen kuat untuk menghukumnya sampai empat pertandingan," ujar salah seorang ofisial Argentina, Armando Perez.