Piala Presiden Dongkrak Gengsi dan Mutu Sepak Bola Indonesia
Setiap tahunnya, selalu lahir juara baru. Ini bukti bahwa Piala Presiden memiliki kualitas pertandingan yang jauh dari indikasi kasus match fixing.
Penulis: Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Sejak digulirkan 2015 silam, Piala Presiden terus menjaga nilai gengsi bagi setiap kontestan. Tahun ini menjadi kali ketiga pagelaran yang menyedot animo cukup besar rakyat pecinta sepak bola.
Bukan cuma bicara kegilaan penonton setia bola karet yang menggelinding di lapangan hijau. Para pemangku bisnis di balik industri ini pun turut andil besar di ajang pengisi pra musim.
Piala Presiden baru ada sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo, ini ditandai dengan SK Pembekuan terhadap Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) saat dikomandoi La Nyalla Mattalitti.
Setiap tahunnya, selalu lahir juara baru. Ini bukti bahwa Piala Presiden memiliki kualitas pertandingan yang jauh dari indikasi kasus match fixing.
Memang transparasi sangat dijunjung tinggi oleh streering committee Piala Presiden bahkan setiap hilir mudik keuangan turnamen ini harus melwati audit ketat Price Waterhouse Coopers (PWC).
Siapa tidak kenal PWC, lembaga audit dari negeri Paman Sam itu memiliki kredibilitas yang sudah diakui dunia. Kecil kemungkinan dana dapat diselewengkan oleh jajaran petinggi negara sekalipun.
Meski berabel turnamen, Piala Presiden berdaya saing melebihi kompetisi. Beberapa berpandangan ketegangan ini lantaran kompetisi belum dimulai dan kebanyakan klub masih dalam tahap pembentukan karakter.
Segala formulasi dari tim kepelatihan telah dicoba di turnamen ini, tak jarang juga pemain bintang berpaspor luar negeri menjajal kemampuannya di Piala Presiden.
Setiap klub mencari mutu pemain, sebaliknya Piala Presiden meningkatkan mutu sepakbola Indonesia yang kerap dinilai stagnan.
Piala Presiden sudah dianggap seperti proses modernisasi, anggaran yang dikeluarkan tak pernah ngadat, itupula yang membuat klub-klub sepertinya berlomba menunjukkan siapa jati diri mereka di bawah bendera Piala Presiden.
Maruarar Sirait selaku Ketua Steering Committee bersikap tegas kepada seluruh manajerial kesebelasan. Rapat-rapat tidak pernah lepas dari keterlibatan awak media yang bebas melihat jalannya proses birokrasi.
Apa yang tergambar di Piala Presiden ini sudah seharusnya dicontoh operator kompetisi Liga Indonesia. Kegamblangan aliran dana subsidi untuk setiap klub yang menjadi pembeda.
Tak pernah ada catatan suplai 'uang macet' sampai kesasaran. Hebatnya, turnamen ini menurut penyelenggara tanpa memakai secuilpun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN).
"Banyak terima kasih. Rating sangat tinggi," kata Ara, sapaan akrab Maruar Sirat pasca penutupan Piala Presiden 2018.