Kisah Hijrah Gelandang Persib: Terjerembab ke Titik Nol, Berdakwah Lewat Sepakbola
Ia rutin mendalami tasawuf selama hampir dua tahunan. Dengan berdzikir dengan metode Fii Qolbi (dalam hati)
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Kemudian saya meninggalkan zikir itu (Ilmu Tasawuf). Karena ternyata ada yang berbenturan dengan sunahnya nabi. Pas dari situ saya mulai menemukan ketenangan hidup. Tapi dari zikir tasawuf itu, saya mengambil hikmahnya. Bahwa zikir itu penting. Metode untuk selalu berzikir. Tapi untuk skerang lebih ke sunah nabi," ucap Eka.
Hijrahnya Eka tentu saja mendapat dukungan dari keluarga. Ayahanda Eka yang juga seornag ustaz di Purwakarta terus mendorong Eka untuk menjadi pribadi yang baik.
Nasihat-nasihat dari ayahnya selalu ia aplikasikan di hidupnya yang sekarang.
Uniknya, setelah berhijrah, Eka menyadari jika hidupnya dikelilingi dengan kegiatan riba. Mulai dari asuransi jiwa keluarganya, leasing, hingga cicilan rumah yang kedua. Itulah yang diakui Eka penyebab dari semmua musibah yang diujikan Allah terhadap dirinya.
"Sumber masalahnya ternyata dari aktivitas riba. Dulu jauh sekali saya mengenal apa itu riba. Ternyata yang ikut aktivitas riba itu dari yang menyelenggarakan sampai yang menjadi konsumennya kena dosanya. Alhamdulillah saya tersadarkan setelah saya ikut komunitas kajian anti riba. Dan saya sadar saya salah," kata dia.
Saat kesulitan dan musibah melanda, ternyata Eka tak mendapatkan pertolongan dari siapapun. Banyak orang yang dikenalnya tidak dapat memberikan pertolongan. Semisal untuk melunasi utang-utangnya.
"O,iya, yang saya ingat waktu itu. utang saya hanya sekitar Rp 100 juta ke garmen. Tapi anehnya, saya sampai jual mobil dan rumah yang saya beli cash. Dan salahnya, sisa uang dari jual rumah dan mobil itu bukannya saya lunasi ke cicilan rumah kedua. Tapi justru malah buat beli tanah di Purwakarta. Masih dalam lingkup riba ini yang ternyata menguras semua harta yang saya punya," kata dia.
Setelah berhijrah dan kembali bergabung Persib Bandung, Eka semakin semangat. Sebab, penggawa Persib juga sudah banyak yang berhijrah.
Pembawa aura positif di jalan Allah pun juga ada di penggawa Persib, Yaitu Supardi NAsir. Supardi menurut Eka adalah sosok yang religius dari sebelum ia mengenalnya.
"Di Persib sendiri juga sudah lama para pemainnya ikut kajian. Supardi Nasir pembawa aura positifnya. Panutan saya dia. Dulu saya sebelum hijrah kalau salat tidak tepat waktu. Salat mah salat. Cuma waktu pas tepat jarang sekali. Alhamdulillah sekarang ada alarmnya," ucap dia.
Menurut Eka, kini ia semakin merasa tenang setelah berhijrah. Dekat dengan Allah membuat Eka tak khawatir atas karir dan rejekinya.
Walaupun pada tahun 2015 Eka juga sempat berpikiran untuk menyudahi karirnya di dunia sepakbola, namun karena nasihat seorang mubalig Eka tetap meneruskan karirnya.
"Nasihat itu saya ingat. Setiap muslim memiliki jalan sendiri untuk berdakwah. Mungkin di sepakbola ini saya bisa turut berdakwah. Di Sepakbola saya kini lebih mengganti niat bukan duniawi yang saya kejar seperti gaji, karir, atau ketenaran. Tapi syiar dan dakwahnya yang saya kejar. Medianya sepakbola," ucap dia seraya mengatakan jika hanya mengejar dunia maka yang akan didapatkan adalah lelah yang tidak ada barokahnya.
Terkait banyaknya Bobotoh yang sudah mulai banyak berhijrah, Eka mengatakan itu adalah merupakan kasih sayang Allah. Sebab, tidak semua orang akan mendapat hidayah dari Allah SWT untuk kembali ke jalan yang benar.
"Alhamdulillah Bobotoh banyak yang berhijarh. Semoga ini membawa dampak yang baik bagi Bobotoh dna juga Persib Bandungnya. Semoga semuanya diridoi Allah SWT," kata Eka mengakhir perbincangan dengan Tribun Jabar.