5 Fakta Terkait Penyusup di Final Piala Dunia, Mulai Dari Aktivis Feminisme Hingga Tuntutannya
Di saat Kroasia tertingal dan tengah melakukan serangan balik, tiba-tiba masuk 4 penyusup ke dalam lapangan.
Penulis: Bobby Wiratama
Editor: Suut Amdani
Pussy Riot juga terkenal akan paham aliran feminisme garis keras yang dianutnya.
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan salah satu membernya "Serafima".
Ia mengatakan sosok-sosok tokoh feminisme seperti Simone de Beauvoir, Andrea Dworkin, Emmeline Pankhurst, Shulamith Firestone, Kate Millett, Rosi Braidotti dan Judith Butler menjadi salah satu inspirator grup mereka.
2. Memberikan 6 Tuntutan kepada pemerintah Rusia
Usai viral karena aksinya di final Piala Dunia, Pussy Riot lantas mengunggah sebuah postingan di laman Instagram-nya.
Tuntutan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bebaskan semua tahanan politik
2. Tidak melakukan penahanan dengan dasar 'kesukaan'
3. Stop penangkapan ilegal pada sebuah demonstrasi.
4. Mengizinkan adanya kompetisi politik di Rusia
5. Tidak membuat tuduhan kriminal tak berdasar dan tidak menahan orang-orang tanpa alasan
6. Ganti polisi yang duniawi dengan polwan yang surgawi
3. Aksinya membuat Dejan Lovren berang.
Meski tuntutannya terbilang positif, aksi Pussy Riot ini tetap membuat geram beberapa pihak.
Salah satunya adalah bek Kroasia sendiri yakni Dejan Lovren.
Berbeda dengan Mbappe yang memberikan tos kepada salah seorang penyusup, Lovren terlihat mengamuk melihat aksi tersebut.
Bek Liverpool ini dengan sigapnya membanting pria yang menghampirinya sambil meminta pria tersebut untuk keluar lapangan.
"Saya tidak mengerti bagaimana mungkin mereka lari ke lapangan. Saya pikir, tidak tahu," ucap Lovren pada wawancara di Mixed Zone Luzhniki Stadium yang dihadiri BolaSport.com.
"Saya marah pada saat itu. Saya marah karena hingga saat itu kami bermain bagus lalu terjadi gangguan. Saya kehilangan ketenangan, saya memegangnya dan melemparnya ke rumput," ujarnya.