Mantan GM PSIS Semarang, Ferdinand Hindiarto Ungkap Modus Pengaturan Skor, Ini Wawancara Lengkapnya
Mantan General Manager PSIS, Ferdinand Hindiarto mengungkapkan beberapa modus yang dipakai para pelaku pengaturan skor. Simak wawancara lengkapnya.
Editor: Sri Juliati
Mantan General Manager PSIS, Ferdinand Hindiarto mengungkapkan beberapa modus yang dipakai para pelaku pengaturan skor. Simak wawancara lengkapnya.
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pengungkapan kasus pengaturan skor (match fixing) dalam sepakbola nasional menjadi satu dari beberapa topik panas yang mengemuka belakangan ini.
Sejumlah pihak yang terlibat dalam sepakbola, bahkan pernah menjadi pelakunya, berbicara blak-blakan di depan publik.
Skandal yang mereka beberkan membuka lagi ingatan masyarakat bola Indonesia mengenai beberapa pertandingan yang dicurigai terkena pengaturan skor.
Baca: Karier Pesepak Bola Liga 2 Ini Berakhir karena Terbukti Terlibat Pengaturan Skor
Baca: Pentolan Bonek Minta Hukum Ditegakkan Adil Jika Persebaya Memang Terbukti Terlibat Pengaturan Skor
Baca: Kasus Pengaturan Skor, PSSI Coret PS Mojokerto Putra dari Liga Indonesia 2019
Kepada wartawan Tribun Jateng Abduh Imanulhaq, beberapa waktu lalu, mantan General Manager PSIS, Ferdinand Hindiarto mengungkapkan beberapa modus yang dipakai para pelaku pengaturan skor.
Tidak banyak pelaku sepakbola yang merupakan akademisi.
Ferdinand yang mengajar di Unika Soegijapranata Semarang satu di antaranya.
Maka dia pun membagikan wawasannya mengenai sisik-melik dunia sepak bola nasional.
Sebagian dari wawancara ini juga dimuat secara berseri dalam koran Tribun Jateng edisi Kamis 20 Desember dan Jumat, 21 Desember 2018.
Berikut wawancara lengkap dengan Ferdinand Hindiarto:
Bagaimana kiprah Anda di dunia sepak bola nasional?
Kiprah di sepak bola itu saya mulai dari klub kampus Unika FC sebagai pengurus, terus di PSSI Kota Semarang sebagai ketua harian.
Lalu akhirnya ke PSIS mulai dari psikolog sampai akhirnya menjadi General Manager pada 2013.
Kemudian pernah di PSSI di Komite Pemilihan pada 2015.
Terus sampai hari ini saya masih aktif di Unika FC.
Lalu memberikan beberapa kali pelatihan psikologi di klub.
Beberapa pelatih senior tahu kebutuhan pemain tidak hanya fisik dan teknik, tapi juga mental.
Satu di antara yang sadar misalnya Pak Sartono Anwar.
Lalu kami dengan Pak Sartono Anwar bikin kurikulum untuk Sekolah Sepakbola (SSB).